Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

retorika tugas 1 hehehe, Assignments of Reinforced Concrete Design

upload cuma buat dapetin point biar bisa donwload materi

Typology: Assignments

2019/2020

Uploaded on 10/06/2020

andrew-pratama
andrew-pratama 🇮🇩

1 document

1 / 14

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar aktivitas manusia selalu ditandai kegiatan bertutur. Dengan bertutur
manusia mengungkapkan dirinya, mengatur lingkungannya, dan menciptakan budaya
insani. Kemampuan bertutur atau berbicara bisa jadi merupakan bakat. Kepandaian
bicara yang baik memerlukan pengetahuan dan latihan. Orang sering memperhatikan
cara dan bentuk pakaian, tetapi lupa memperhatikan cara dan bertutur yang baik.
Di sinilah retorika sebagai “ilmu berbicara” diperlukan oleh semua orang. Retorika
(rhetoric, rhetorica) sering dipahami sebagai ilmu berpidato (the art of oratory). Seni
penggunaan bahasa secara efektif (the art of using language effectively). Seni
berbicara dengan baik yang dicapai berdasarkan bakat alam dan ketrampilan teknis.
Retorika merupakan ilmu dan seni yang mengajar orang untuk terampil menyusun
tuturan yang efektif. Retorika juga merupakan seni untuk “memanipulasi” percakapan
(the art of fake speech).
Retorika merupakan sebuah kajian menarik yang perlu mendapat perhatian oleh
Mahasiswa yang tengah menimba ilmu pengetahuan di bidang ilmu sosial dan ilmu
politik,maka dari itu pembahasan tentang Retorika memiliki ,daya tarik tersendiri
bagi penulis untuk coba mengkaji topik mengenai Retorika.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa itu Retorika ?
2. Sejarah dan perkembangan Retorika ?
3. Bagaimana perkembangan Retorika di Indonesia ?
1
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe

Partial preview of the text

Download retorika tugas 1 hehehe and more Assignments Reinforced Concrete Design in PDF only on Docsity!

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sebagian besar aktivitas manusia selalu ditandai kegiatan bertutur. Dengan bertutur manusia mengungkapkan dirinya, mengatur lingkungannya, dan menciptakan budaya insani. Kemampuan bertutur atau berbicara bisa jadi merupakan bakat. Kepandaian bicara yang baik memerlukan pengetahuan dan latihan. Orang sering memperhatikan cara dan bentuk pakaian, tetapi lupa memperhatikan cara dan bertutur yang baik. Di sinilah retorika sebagai “ilmu berbicara” diperlukan oleh semua orang. Retorika ( rhetoric, rhetorica ) sering dipahami sebagai ilmu berpidato ( the art of oratory ). Seni penggunaan bahasa secara efektif ( the art of using language effectively ). Seni berbicara dengan baik yang dicapai berdasarkan bakat alam dan ketrampilan teknis. Retorika merupakan ilmu dan seni yang mengajar orang untuk terampil menyusun tuturan yang efektif. Retorika juga merupakan seni untuk “memanipulasi” percakapan ( the art of fake speech ). Retorika merupakan sebuah kajian menarik yang perlu mendapat perhatian oleh Mahasiswa yang tengah menimba ilmu pengetahuan di bidang ilmu sosial dan ilmu politik,maka dari itu pembahasan tentang Retorika memiliki ,daya tarik tersendiri bagi penulis untuk coba mengkaji topik mengenai Retorika. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

  1. Apa itu Retorika?
  2. Sejarah dan perkembangan Retorika?
  3. Bagaimana perkembangan Retorika di Indonesia?

1.3 Tujuan Makalah Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk : Memenuhi tugas mata kuliah Retorika dan Mengetahui serta memahami tentang paham Retorika 1.4 Manfaat Makalah Mengingat betapa pentingnya kita memahami ilmu retorika sebagai bekal seseorang pembicara, maka dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah referensi sejarah dan perkembangan retorika yang menjadikan kita lebih mendalami ilmu dan teori-teori retorika yang jarang diketahui oleh sebagian besar mahasiswa.

karakter pembicara, emosional atau argumen, dan keterampilan teknis. Retorika sering juga disebut sebagai pidato, karena retorika dapat meningkatkan kualitas eksistensi ditengah-tengah orang lain. 2.2 Sejarah dan Perkembangan Retorika Retorika sudah ada sejak manusia lahir. Namun, sebagai seni yang dipelajari dimulai abad 5 sebelum Masehi (SM) ketika kaum sofis di Yunani mengembara dari satu tempat ke tempat lain untuk mengajarkan pengetahuan tentang politik dan pemerintahan dengan penekanan terutama pada kemampuan berpidato. Pemerintah perlu usaha membujuk rakyat demi kemenangan dalam pemilihan. Berkembanglah seni pidato yang membenarkan pemutarbalikan kenyataan demi tercapainya tujuan. Khalayak bisa tertarik dan terbujuk. Retorika dipelajari, diawali, dan dilaksanakan di negara-negara yang menganut demokrasi langsung, yakni Yunani dan Romawi. Pada waktu itu, retorika memiliki beberapa fungsi (Sunarjo, 1983:55), yakni untuk mencapai kebenaran/kemenangan bagi seseorang atau golongan dalam masyarakat; untuk meraih kekuasaan, yakni mencapai kemenangan seseorang atau kelompok dengan pemeo ‘siapa yang menang dialah yang berkuasa’; sebagai alat persuasi yang digunakan untuk mempengaruhi manusia lain. Berikut sejarah dan perkembangan retorika dari zaman Pra-Yunani hingga zaman modern a. Retorika Pra-Yunani Bak rantai yang tidak terputus, peradaban-peradaban yang ada di muka bumi ini tidak memulai keberadaannya, dengan segala aspek yang dibawa, tanpa pengaruh peradaban sebelumnya. Begitu pun dalam aspek ilmu pengetahuan, kecanggihan teknologi informasi dan transportasi Amerika Serikat saat ini, misalnya, adalah buah

pengembangan dasar-dasar teknologi dalam bingkai ilmu matematika pada zaman Yunani Kuno. Ilmu matematika pun pada hakikatnya tidak mungkin dapat dikonsumsi, apalagi dikembangkan, jika tidak dihidupkan kembali oleh peradaban selanjutnya di Asia Barat. Disanalah matematika mulai bertransformasi menjadi pengetahuan modern. Angka nol pertama kali diperkenalkan, rumus trigonometri ditemukan, bahkan matematika telah memiliki cabang tersendiri yakni al-jabar. Berpangkal dari pengembangan itu semua akhirnya membuahkan penemuan komputer, dan sekarang peneman itu berimbas pada zaman e-technology. Dalam kaitannya dengan retorika. Ilmu pengetahuan yang major area-nya kemampuan manusia dalam berkomunikasi ini tidak bersifat statis. Dinamisme ilmu ini bisa kita melalui perkembangannya dari zaman ke zaman lainnya. Dari masa dimana retorika hanya merupakan kebiasaan manusia hingga masa yang menjadikan retorika disiplin ilmu dengan berbagai teori dan definisi. Orang-orang Mesopotamia, yang konon peradabannya dijuluki the cradle of civilization, sebagaimana masyarakat Mesir Kuno dan Assyria, yang datang setelahnya, mengasah kemampuan retorika mereka dengan tujuan-tujuan ritual keagamaan. Ritual keagamaan seperti upacara pengorbanan, permohonan surut Nil berkepanjangan, memperingati yaumu-l-hashaad atau hari bersemi, dan sebagainya memang membutuhkan kepiawaian tokoh atau pemimpin adat dalam menyampaikan pesan dan harapan-harapan masyarakat adat pada Dewa di depan publik. b. Retorika Pada Zaman Yunani Retorika berkembang pada era Yunani. Seperti dijelaskan oleh Aly (1994:12-20), pada masa inilah retorika mengalami puncak keemasan. Ini terkait dengan sejarah awal keberadaan orang Yunani sebagai perantau yang memiliki jiwa petualang. Mereka merantau karena kondisi geografis negara Yunani yang terletak di Semenanjung Balkan tidak subur dan sedikit memberikan hasil bagi penduduknya,

terhadap apa yang disampaikan kaum sophis ini. Mereka mendiskusikannya dan mendirikan tempat-tempat pertemuan untuk membicarakannya. Tempat pertemuan ini disebut agora, tempat segala peristiwa yang menyangkut perhatian dan kepentingan umum dibicarakan. c. Retorika Zaman Romawi Pada zaman Romawi, Retorika sempat mengalami gejala statis. Tidak banyak kemajuan yang berarti tercipta, pasca De Arte Rhetorica, dua ratus tahun sebelumnya, digubah oleh Aristotles. Rupanya hal ini mengindikasikan akan kuat dan komprehensifnya pembahasan yang tertuang di dalam masterpiece murid kesayangan Plato tersebut. Adapun pustaka mengenai retorika yang muncul pada zaman romawi diantaranya Ad Herrenium yang ditulis dalam bahasa Latin. Namun, cakupan buku ini terlalu sederhana untuk kemudian bisa menjadikannya karya fenomenal. Ad Herrenium hanya berbicara tentang warisan retorika gaya Yunani. Dan itupun lebih menekankan aspek praktisnya saja. Kendati demikian, pada zaman ini banyak terlahir orator- orator ulung seperti Antonius, Crassus, Rufus, Hortensius, dan Cicero. Yang terakhir inilah yang sepertinya merupakan best of the best dari sekian orator yang hidup pada zaman Romawi. Sampai-sampai Kaisar Roma pun memuji Cicero, "Anda telah menemukan semua khazanah retorika, dan Andalah orang pertama yang menggunakan semuanya. Anda telah memperoleh kemenangan yang lebih disukai dari kemenangan para jenderal. Karena sesungguhnya lebih agung memperluas batas- batas kecerdasan manusia daripada memperluas batas-batas kerajaan Romawi". Will Durant mendeskripsikan keunikan Cicero bahwa ia menyajikan orasinya secara bergelora, ia juga menggunakan humor dan anekdot, selain itu ia lihai menyentuh perasaan pendengar, terampil dalam mengalihkan perhatian, tak jarang memberondong pertanyaan retoris yang sulit dijawab, dan pandai menyederhanakan materi yang sulit. Statisnya perkembangan retorika di zaman Romawi akhirnya dapat

dirobohkan setelah Quintillianus mendirikan sekolah retorika. Sebagaimana singa podium lainnya, barang tentu Quintillianus memiliki perspektif sendiri tentang apa itu retorika? dan apa-apa sajakah yang seyogyanya dimiliki oleh seorang orator? Secara singkat, berikut adalah jawaban dari pertanyaan tersebut. Quintillianus mendefinisikan retorika sebagai ilmu berbicara yang baik. Siapa-siapa yang ingin mendalami retorika haruslah dari besar dalam keluarga yang terdidik dan pendidikan orator pun harus dimulai sedini mugkin, kalau bukan sebelum ia terlahir. Dan calon orator harus dibekali musik, gimnastik, sastra, sains, filosofi, dan gemar baca-tulis, yang kesemuanya itu akan mengantarkannya menjadi manusia yang mendekati sempurna. d. Retorika Abad Pertengahan dan Zaman Daulat Islamiah Abad pertengahan disebut abad kegelapan, juga buat retorika. Ketika agama Kristen berkuasa, retorika dianggap sebagai kesenian jahiliyah. Banyak orang Kristen pada waktu itu yang melarang mempelajari retorika yang dirumuskan oleh orang-orang Yunani dan Romawi, para penyembah berhala. Satu abad kemudian, di Timur muncul peradaban baru dengan datangnya Nabi yang menyampaikan firman Tuhan. Ia seorang pembicara yang fasih dengan kata-kata yang singkat yang mengndung makna padat. Para sahabat bercerita bahwa ucapannya sering menyebabkan pendengar berguncang hatinya dan berlinang air matanya. e. Retorika Modern Retorika modern ditandai dengan munculnya renaissance atau abad pencerahan sekitar tahun 1200-an. Menurut Jalaluddin Rahmat, ada tiga aliran retorika modern.

  1. Aliran Epistemologis

epistemologis maupun belles letters memusatkan perhatian pada persiapan pidato yang meliputi penyusunan pesan dan penggunaan bahasa.

  1. Aliran elokusionis Aliran ini menekankan teknik penyampaian pidato. Tokohnya Gilbert Austin. Ia memberi petunjuk praktis penyampaian pidato, yaitu pembicara tidak boleh melantur, mengarahkan matanya langsung kepada pendengar, dan menjaga ketenangannya. Ia tidak boleh segera melepaskan seluruh suaranya, tetapi mulailah dengan nada yang paling rendah, dan mengeluarkan suaranya sedikit saja. Hal ini perlu dilakukan untuk mendiamkan gumaman orang dan untuk menarik perhatian mereka. Gerakan elokusionis banyak dikritik karena berlebihan pada persoalan teknik, sehingga pembicara tidak lagi berbicara dan bergerak secara spontan. Gerakannya menjadi semu. Retorika abad 20 Pada abad ke-20, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern, khususnya ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika pun bergeser menjadi speech, speech communication atau oral communication atau public speaking. Adapun tokoh retorika abad ini di antaranya (1) James A Winans yang menggunakan psikologi modern dalam pidatonya. Ia menyarankan pentingnya membangkitkan emosi melalui motif-motif psikologis pada khalayak seperti kepentingan pribadi, kewajiban sosial, dan kewajiban agama. Winans menekankan pada cara berpidato yang bersifat percakapan dan pemahaman terhadap teknik-teknik penyampaian pidato. (2) Charles Henry Woolbert yang memandang speech communication sebagai ilmu tingkah laku. Proses penyusunan pidato adalah kegiatan pengorganisasian. Pandangan Woolbert tentang pidato adalah bahwa pidato merupakan ungkapan kepribadian; logika adalah dasar utama persuasi; penyusunan persiapan pidato harus teliti tujuannya, mengetahui khalayak dan situasinya, menentukan proposisi yang cocok dengan khalayak dan situasi tersebut, memilih kalimat-kalimat yang dipertalikan secara logis. (3) William Norwood Brigance yang menekankan pada faktor keinginan sebagai dasar persuasi. Ada empat unsur persuasi yang mendapat perhatiannya, yaitu rebut perhatian pendengar, usahakan pendengar

untuk mempercayai kemampuan dan karakter anda, pikirkan keinginan audiens, kembangkanlah setiap gagasan sesuai dengan sikap pendengar. 2.3 Perkembangan Retorika di Indonesia Sejarah perkembangan retorika di Indonesia tidak terlepas dari sejarah Indonesia itu sendiri. Sejak abad ke-16 masa penjajahan Belanda terdapat tokoh-tokoh retorika Indonesia yang menjadi delegasi-delegasi pada konferensi. Sebagai wakil Indonesia tentu saja delegasi itu memiliki kemampuan berunding. Disitulah ilmu retorika terpakai. Perkembangan retorika saat ini bukan hanya sedekar alat atau sarana komunikasi agar sampai pada arah dan maksud tujuan, namun ilmu yang dikembangkan oleh filsuf terkenal dimasa Yunani kuno ini telah menjadi tuntutan profesi syarat utama kepemimpinan dan bahkan menjadi sebuah profesi tunggal seperti jubir (juru bicara), moderator, pembawa acara, dan sebagainya. Bila ditelaah dengan budaya kebangsaan kita, kebesaran negara ini juga diisi oleh orang yang memahami ilmu Retorika ini seperti tokoh-tokoh kemerdekaan, tokoh-tokoh kependidikan, dan tokoh-tokoh pengisi kemerdekaan. Tercatat beberapa tokoh yang terkenal dengan kemampuan berbahasanya. Tokoh itu antara lain H. Agus Salim yang berasal dari Sumatera Barat. H.Agus Salim adalah manusia yang serba bisa, penerjemah, ahli syiar, sastrawan, diplomat, filsuf dan ulama. Agus Salim dikenal di kalangan cendikiawan luar negeri sebagai jenius di bidang bahasa yang mampu menulis dan berbicara dalam banyak bahasa asing. Meskipun beliau mahir berbahasa asing, Agus Salim justru menunjukkan kecintaannya terhadap bahasa Indonesia di sidang Dewan rakyat (volksraad) sehingga menggegerkan Belanda. Ahli pidato Indonesia yang sangat terkenal adalah seperti yang diungkapkan dalam awal tulisan ini yaitu Ir. Soekarno. Ir. Soekarno di kenal di seluruh dunia. Memang suatu anugrah Tuhan kepada beliau. Kemampuan pidato yang luar biasa dimilikinya. Suasan hening tercipta karena orang tidak ingin melewatkan setiap yang diucapkannya. Ketika berpidato Bung Karno tidak pernah membaca naskah. Pidato

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Retorika adalah sebuah teknik/seni dalam membujuk secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen, dan keterampilan teknis. Retorika sering juga disebut sebagai pidato, karena retorika dapat meningkatkan kualitas eksistensi ditengah-tengah orang lain.. Dalam pengertian lain juga dapat didefinisikan retorika adalah seni berkomunikasi dengan orang lain secara tatap muka atau tidak sesuai dengan pengertian retorika modern yaitu komunikasi dengan menggunakan media tulis. Tujuan daripada retorika adalah untuk meyakinkan, mempengaruhi pendengar atau pembaca terhadap apa yang kita bicarakan atau kita tulis dengan memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah logos, pthos, etos. 3.2 SARAN Retorika merupakan hal penting yang harus kita pelajari sebab dengan menguasai retorika yang bagus kita akan dengan mudah meyakinkan, mempengaruhi dan menyampaikan maksud kita kepada orang lain, mempertahankan gagasan, ide-ide dengan menggunakan argumentasi-argumentasi yang logis. Seseorang yang memiliki kemampuan beretorika dengan bagus ketika ia menjadi seorang pembicara maka ia akan menarik, tidak membosankan karena ia mampu memahami keadaan para

pendengar serta berbicara dengan tidak bertele-tele, setiap ide dan gagasanya tersusun dengan rapi sesuai dengan herarkinya DAFTAR PUSTAKA Rakhmat, Jalaluddin.2012 .Retorika Modern: Pendekatan praktis. Bandung: Rosda Hendrikus, Dori Wuwur.1991, Retorika (Yogyakarta : Kansius)