



Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
This report details an unusual event that occurred in Tapanuli Selatan, Indonesia, where hundreds of bottlenose dolphins were found stranded and died on the beach. insights into the reasons behind this phenomenon, the impact on the local community, and the potential consequences for the dolphin population. The report also includes quotes from local authorities and experts.
Typology: Lab Reports
1 / 5
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Laporan Akhir 1 Nama : Jihan Alya Putri NPM : 10820358 Kelas : 1MA Praktikum : Jurnalistik
24 Maret 2021 SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES/SOPA IMAGES Keterangan gambar, Kejadian demi kejadian lumba-lumba terdampar di pantai dilaporkan warga di berbagai daerah dalam delapan tahun terakhir. Foto ini merupakan upaya warga menyelamatkan lumba-lumba yang tersesat di Luwu, Sulsel- Februari 2021 Kematian seekor lumba-lumba jenis hidung botol yang terdampar di pantai di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, menambah rangkaian kejadian lumba-lumba terdampar di pantai dan sungai di Indonesia. Sejak tahun 2013, warga di berbagai daerah melaporkan temuan lumba-lumba terdampar dan kerap menyebutnya sebagai 'kejadian langka'. Khusus untuk kejadian di Tapanuli Selatan pekan ini, warga setempat mengaku sebelumnya mereka melihat ribuan lumba-lumba lalu-lalang di pantai tersebut. Menurut peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) lumba-lumba hidung botol memang biasa bergabung dalam kawanan dengan jumlah banyak. Namun tindakan mamalia laut itu mendekat ke pantai dinilai sebagai keputusan terpaksa yang membahayakan diri mereka. Hari itu, Jumat (19/03), Kepala Desa Muara Upu Husnul Amir Harahap mengaku merasa takjub melihat ribuan ekor lumba-lumba berenang hingga ke tepian pantai. Menurutnya, fenomena ini sangat jarang terjadi di daerah tersebut. Husnul melihat kawanan lumba-lumba nyaris memenuhi sisi pantai. Biasanya, menurut dia, nelayan setempat hanya melihat satwa itu di tengah laut.
Keterangan gambar, Seekor lumba-lumba hidung botol ditemukan mati terdampar di pantai Muara Upu, Tapanuli Selatan "Kalau sebanyak itu sangat jarang terjadi. Baru kali ini. Jumlahnya mungkin ribuan karena tampak dari pinggir (pantai) sampai ke tengah," kata Husnul kepada wartawan Nanda Fahriza Batubara yang melaporkan untuk BBC News Indonesia. Husnul memperkirakan munculnya lumba-lumba tersebut tak lain untuk berburu ikan-ikan kecil. Karena langka, lanjut Husnul, kemunculan lumba-lumba itu sempat menjadi ajang tontonan bagi warga setempat. Di sisi lain, kehadiran mereka menyulitkan para nelayan setempat untuk mencari ikan. "Tapi yang jadi korbannya juga nelayan karena susah mendapatkan ikan," kata Husnul. SUMBER GAMBAR,NANDA FAHRIZA BATUBARA Keterangan gambar, Lumba-lumba ditemukan tewas dengan kulit terkelupas Namun malang, tak lama setelah kemunculan kawanan lumba-lumba, satu di antaranya ditemukan tewas terdampar. Husnul berpikir hewan mamalia laut itu tewas lantaran terbawa ombak hingga ke daratan. "Perkiraan saya karena terbawa ombak ke pantai dan tidak bisa kembali lagi," kata Husnul. Lumba-lumba yang tewas itu memiliki panjang sekitar satu meter. Sedangkan bobotnya diperkirakan mencapai 30 kilogram. Kulitnya berwarna putih kehitaman. Sekujur kulit bangkai lumba-lumba itu sudah mengelupas dan kini telah dikubur di pantai tak jauh dari lokasi penemuan. "Seumur hidup saya baru tiga kali melihat (lumba-lumba). Inilah yang ketiga," katanya. SUMBER GAMBAR,NANDA FAHRIZA BATUBARA
Karena berkelompok dalam jumlah banyak, lumba-lumba ini memiliki strategi tersendiri untuk berburu mangsa. "Strategi mereka mencari makan dengan menggiring ikan-ikan kecil ke daerah dangkal. Memang hal ini berisiko juga untuk mereka (lumba-lumba). Karena kelompok besar bisa terdampar," ujar Mira. Keterangan gambar, Seekor lumba-lumba ditemukan terdampar dalam keadaan mati di Pantai Muaro Lasak, Padang, pada Januari 2020 Mira mengatakan, fenomena kemunculan ribuan lumba-lumba bisa terjadi lantaran dua kawanan bergabung jadi satu untuk berburu mangsa. "Soal ribuan ekor itu, karena lumba-lumba jenis Indo-Pacific bottlenose dolphin yang kadang bercampur antara Tursiops aduncus dan Tursiops truncatus, jadi wajar sih melihat mereka dalam jumlah besar," kata Mira. Menurut Mira, hewan ini memiliki insting berburu dan dikaruniai sonar biologis yang disebut ekolokasi. Dengan insting yang dimiliki, kawanan lumba-lumba sejatinya mampu mengidentifikasi kedangkalan daerah yang mereka tuju.
Namun karena kondisi tertentu, seperti jumlah ikan buruan yang kian sedikit, menyebabkan hewan tersebut terpaksa melakukan tindakan yang membahayakan mereka. "Jadi mungkin dengan jumlah ikan yang semakin sedikit, tentu dibutuhkan effort dari lumba-lumba, lebih sulit untuk mereka mencari makan. Mungkin ini yang menyebabkan mereka bisa sampai terdampar," kata Mira. Keterangan gambar, Mayat lumba-lumba terseret ombak sebelum sempat diambil untuk diotopsi di Padang, Januari 2020 Menurut Mira, masyarakat di sekitar pantai juga memiliki peran membantu lumba-lumba atau mamalia laut lain agar tidak terdampar. Yakni dengan menggiring mereka kembali ke tengah laut jika sudah mendekati areal pantai. Solusi lainnya, lanjut Mira, yakni penggunaan alat bantu khusus yang disebut Pinger. "Alat ini mampu mengeluarkan bunyi-bunyian yang akan membuat lumba-lumba aware agar tidak mendekat ke daerah tersebut," kata Mira. Meski kejadian lumba-lumba terdampar baru pertama kali terjadi di Tapanuli Selatan, tapi data menunjukkan rangkaian kejadian sebelumnya sejak Mei 2013. Rata-rata temuan lumba-lumba terdampar di pantai atau sungai ini antara satu hingga tiga ekor dengan jenis beragam seperti lumba-lumba hidung botol dan spinner. Mereka ditemukan di sejumlah perairan di berbagai provinsi Indonesia, seperti Aceh, Nias Utara, Batam, dan Padang.
Pewarta : NANDA FAHRIZA BATUBARA © 2021 BBC. https://www.bbc.com/indonesia/majalah- 56500096 Analisis isi berita (5w+1h)