
Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
ini merupakan resensi pertemuan dua dari mata kuliah inovasi pembelajaran fisika. Abad ke-21 merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa pada segala bidang, terutama pada bidang Information and Communication Technologi (ICT) yang membuat dunia semakin sempit, beragam informasi dapat dengan mudah diakses kapan dan dimana saja.
Typology: Summaries
1 / 1
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Hasil survei pada tahun 2020 terkait permasalahan pembelajaran sains yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) atau P4TK IPA terhadap 5.531 guru IPA dan 25.475 orang peserta didik, menunjukkan bahwa terdapat lima problem (masalah) dalam pembelajaran IPA di Indonesia. Lima problem (masalah) tersebut yaitu : 1) pemanfaatan laboratorium yang belum maksimal; 2) pembelajaran sains cenderung dilaksanakan melalui pendekatan matematis (deduktif) dan tinggi muatan konsep; 3) keterampilan proses sains belum tampak dalam pembelajaran; 4) pemahaman konten belum optimal; 5) rendahnya motivasi peserta didik dalam pembelajaran IPA. Memahami dan merespon masalah tersebut, P4TK IPA memberikan tiga rekomendasi : 1) perlunya pemberdayaan laboratorium IPA; 2) perlunya penguatan PCK ( pedagogical content knowledge ); dan 3) perlunya peningkatan minat peserta didik. Masalah pendidikan IPA pada saat ini adalah masalah tenaga laboratorium IPA diantaranya; banyak guru ditugaskan sebagai kepala laboratorium tetapi belum memiliki sertifikat, banyak sekolah tidak mempunyai laboran, pemanfaatan lab masih minim, dan diklat laboratorium tidak terstandar dan terintegrasi. Jumlah guru IPA yang sangat banyak sekitar 133.908 orang dan tendik 131.900 orang, karena akses diklat terbatas maka perlu waktu untuk mendapatkan kesempatan. P4TK IPA Kemendikbud setiap saat selalu mengembangkan inovasi demi kemajuan pengembangan Pendidikan IPA di Indonesia. Menurut Enang Ahmadi, M.Pd, Kepala P4TK IPA diantara inovasi PPPPTK yang diluncurkan adalah Didamba PPPPTK IPA (PCK), Modis Pisan (minat sains), dan De-Mikroskop (Lab. IPA). Didamba (diklat daring massive dan terbuka) PPPPTK IPA (PCK) yang dilaksanakan selama 3 minggu dengan pola 36 jp ini sudah dilaksanakan sebanyak 3 angkatan. Peserta merdeka memilih jenis diklat. Ada 31 mata diklat, materinya pedagogic content knowledge , akses tidak dibatasi birokrasi. Masing- masing angkatan pelaksanaannya 2 tahap, tiap tahap 1 angka kredit 36 jp, menggunakan LMS (didampingi admin, evaluator, dan pengampu). Bebas memilih waktu dan gratis, diklat ini dikhususkan untuk GTK IPA. Mobil Pendidikan semua pintar sains (modis pisan), yaitu laboratorium virtual yang memberikan layanan kepada sekolah yang tidak memiliki laboratorium dan kelompok/komunitas sains yang ada di zonasi. Modis pisan (minat sains) adalah program memanfaatkan mobil boiling/mobil pintar dengan konten demo sains dan film sains. Berkolaborasi dengan UPT kemdikbud di seluruh Indonesia dan menggerakkan duta sains dan mitra komunitas sains. Serta mendorong minat sains melalui sains camp, sains for children, dan club sains. Program De-Mikroskop bertujuan mempermudah guru IPA yang juga berperan sebagai kepala laboratorium agar dapat terkoneksi dan terstandar di seluruh Indonesia. Media informasi kepala laboratorium IPA (De-Mikroskop) dengan rincian Profil lab IPA sekolah, kebutuhan tenaga lab IPA, terintegrasi ke Dapodik, mengintegrasikan pelatihan tenaga lab IPA, standarisasi pelatihan tenaga lab IPA. Strategi perbaikan PISA adalah dengan cara : 1) mendukung kebijakan pemerintah, 2) memiliki persepsi yang sama akan pentingnya nilai PISA, 3) membangun kerja sama dan kolaborasi antar Lembaga,