Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Model evaluasi pelatihan CIRO (Context, Input, Reaction, Outcome), Essays (university) of Physical Education and Motor Learning

Model evaluasi pelatihan CIRO (Context, Input, Reaction, Outcome)

Typology: Essays (university)

2022/2023

Available from 01/17/2023

desynoviiaa
desynoviiaa šŸ‡®šŸ‡©

1 document

1 / 18

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
i
MAKALAH PPSDM EVALUASI PELATIHAN
MODEL EVALUASI PELATIHAN CIRO
Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah PPSDM Evaluasi
Pelatihan
Dosen Pengampu:
1. Dr. Asep Saepudin, M.Pd
2. Dr. Cucu Sukmana, M.Pd
Disusun Oleh:
1. Desy Novia Lidiani
2210623
2. Dwi Hari Astuti
2210626
3. Joice Dwi Suhartini
2210630
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe
pff
pf12

Partial preview of the text

Download Model evaluasi pelatihan CIRO (Context, Input, Reaction, Outcome) and more Essays (university) Physical Education and Motor Learning in PDF only on Docsity!

i

MAKALAH PPSDM EVALUASI PELATIHAN

MODEL EVALUASI PELATIHAN CIRO

Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah PPSDM Evaluasi Pelatihan Dosen Pengampu:

**1. Dr. Asep Saepudin, M.Pd

  1. Dr. Cucu Sukmana, M.Pd** **Disusun Oleh:
  2. Desy Novia Lidiani 2210623
  3. Dwi Hari Astuti 2210626
  4. Joice Dwi Suhartini 2210630 PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2022**

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ā€œModel Evaluasi Pelatihan CIROā€ dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah PPSDM Evaluasi Pelatihan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca mengenai model evaluasi pelatihan CIRO. Dengan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Asep Saepudin, M.Pd dan Dr. Cucu Sukmana, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah PPSDM Evaluasi Pelatihan dan kepada pihak-pihak yang berkontribusi memberikan sumbangsih baik materi maupun materilnya kepada Penulis sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, Penulis mеnghаrарkаn ѕаrаn dan krіtіk dеmі kеѕеmрurnааn dаn реrbаіkаnnуа ѕеhіnggа akhirnya laporan hasil observasi ini dараt memberikan manfaat bаgі bidang pendidikan dаn реnеrараn dіlараngаn serta bіѕа dіkеmbаngkаn lаgі lebih lаnjut. Semarang, 29 Oktober 2022 Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Salah satu kegiatan yang memiliki kontribusi besar dalam sebuah institusi ialah pelatihan. Namun terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian khusus saat melaksanakan suatu program pelatihan. Perhatian khusus yang dimaksud yaitu diadakannya evaluasi dari pelatihan itu sendiri. Evaluasi sangat penting dilakukan guna melihat ketercapaian tujuan suatu program dan adanya pengambilan keputusan terkait tindak lanjut program pelatihan. Menurut Djaali dan Mulyono (2001: 1) evaluasi merupakan pengambilan keputusan atas objek yang dievaluasi berdasarkan kriteria dan tujuan yang sudah ditetapkan. Lebih lanjut, Grounlund dan Linn memaparkan evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis yang mencakup pengumpulan dan analisis data, serta interpretasi informasi untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan. Evaluasi merupakan keputusan seseorang terhadap hasil seseorang atas nilainya. Salah satu tujuan sebuah evaluasi dilakukan yaitu untuk melihat keberhasilan suatu program yang dapat diukur melalui tingkat efektifitas dan efisiensinya. Efektifitas yaitu ketika output yang dihasilkan dibandingkan dengan inputnya sedangkan efisiensi yaitu pendayagunaan sumber daya untuk memaksimalkan outputnya. Evaluasi program merupakan suatu proses yang sistematis dan berkesinambungan yang didalamnya mencakup pengumpulan, pendeskripsian, penginterpretasian, dan penyajian informasi sebagai dasar pengambilan suatu keputusan. Pelaksanaan evaluasi selalu berdasarkan pada data. Karenanya, tujuan evaluasi program adalah sebagai penyedia informasi dan rekomendasi bagi evaluator untuk memutuskan tindak lanjut suatu program apakah akan dilanjutkan, diberhentikan, atau diperbaiki. Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan seberapa tinggi tujuan telah tercapai (Ralph W. Tyler). Program merupakan segala sesuatu yang dirancang dengan harapan akan menghasilkan nilai kebermanfaatan (John L Herman dalam Tayibnapis, 2008 :

9). Lebih lanjut, Suharsimi Arikunto (2009 : 290) memaparkan suatu program dapat dijabarkan secara umum dan khusus. Secara umum, program berarti rencana kegiatan yang akan dilakukan. Sedangkan secara khusus, program dapat dimaknai dengan suatu unit satuan kegiatan yang merupakan bagian dari implementasi suatu kebijakan dan melibatkan suatu kelompok. Jika melaksanakan suatu program hendaknya dilaksanakan juga kegiatan evaluasi untuk melihat ketercapaian dari tujuan program itu dilaksanakan. Terdapat banyak model evaluasi yang dapat diterapkan untuk mengevaluasi suatu program. Setiap model memiliki ciri khas dan tahapannya masing- masing, namun esensi dari tiap-tiap model memiliki maksud yang sama yaitu sebagai bahan pertimbangan evaluator untuk menindaklanjuti apakah program yang dievaluasi akan dilanjutkan, diberhentikan, atau diperbaiki. Salah satu model evaluasi pelatihan yang akan dipaparkan yaitu model evaluasi pelatihan CIRO yang dikemukakan oleh P. Ward, M. Bird, dan N. Rackhman. 1.2 Rumusan Masalah

  1. Apa yang dimaksud dengan model evaluasi pelatihan CIRO?
  2. Bagaimana tahapan dalam model evaluasi pelatihan CIRO?
  3. Apa saja kelebihan dan kekurangan model evaluasi pelatihan CIRO?
  4. Bagaimana contoh pengaplikasian model evaluasi pelatihan CIRO? 1.3 Tujuan
  5. Untuk mengetahui deskripsi model evaluasi pelatihan CIRO.
  6. Untuk mengetahui tahapan dalam model evaluasi pelatihan CIRO.
  7. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model evaluasi pelatihan CIRO.
  8. Untuk mengetahui contoh pengaplikasian model evaluasi pelatihan CIRO.

berlangsung tetapi hanya dapat dijawab setelah pelatihan berakhir. Model CIRO memiliki empat tahapan yaitu:

  1. Context Evaluation (Konteks) Merupakan evaluasi yang berusaha merancang kondisi di mana program pengembangan kapasitas berlangsung atau menegaskan pengembangan kapasitas yang diperlukan. Pada tahap ini dapat menjawab pertanyaan awal ā€œHal apa yang membutuhkan adanya suatu perubahan?ā€. Pelatih memeriksa semua tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya baik jangka pendek hingga jangka panjang. Dalam hal ini aktivitas yang dilakukan yaitu menentukan kebutuhan, mendiagnosis masalah, dan menentukan tujuan berdasarkan kondisi, serta mempertimbangkan komponen program yang mencerminkan budaya dan struktur organisasi. Pada tahap konteks memungkingkan untuk menggali informasi dari tiga objek yaitu: a. Objek akhir: proram HRD akan menangani ataupun menghilangkan defisiensi khusus dalam sebuah organisasi. b. Objektif antara: merupakan perilaku para pegawai yang diperlukan untuk mencapai objektif akhir. c. Objektif segera: merupakan ilmu pengetahuan, keterampilan atau sikap yang harus diperoleh partisipan untuk mengubah perilaku mereka dalam mencapai tujuan akhir. Dapat disimpulkan, evaluasi konteks membantu merumuskan faktor- faktor yang mungkin berdampak pada efek pelatihan dan membantu mengidentifikasi kebutuhan yang didasarkan pada pengumpulan informasi.
  2. Input Evaluation (Input) Merupakan evaluasi yang mencoba untuk mengukur masukan untuk membantu para manajer dalam proses mengidentifikasi masukan mana yang paling hemat biaya. Evaluasi ini berfokus pada sumber daya yang dibutuhkan guna memenuhi kebutuhan kinerja (misalnya staf, fasilitas, peralatan, katering, anggaran), konten dan metode penyampaian yang memungkinkan tercapainya peningkatan kapasitas, petugas yang berpartisipasi, dan hasil dari program sebelumnya yang serupa.

Level evaluasi ini akan menjawab pertanyaan kedua ā€œHal apa yang bisa dilakukan untuk membawa perubahan?ā€. Pada level ini, pelatih harus mempertimbangkan sumberdaya, perangkat-perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai alat dan pemandu bagi berlangsungnya proses yang harus ada dan tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu proses. a. Input sumber daya

  • Input sumber daya manusia, meliputi: kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa.
  • Input sumberdaya non manusia, meliputi: peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dan lain-lain. b. Input perangkat lunak yang meliputi: struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana pendidikan, program pendidikan, dan lain-lain. c. Input harapan-harapan yang berupa: visi, misi, tujuan, dan sasaran- sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah tersebut semakin tinggi tingkat kesiapan input, maka semaki tinggi pula mutu input tersebut. Dapat disimpulkan, evaluasi input menentukan bagaimana sumber daya ini dapat digunakan sebaik mungkin untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
  1. Reaction Evaluation (Reaksi) Merupakan evaluasi yang mencoba untuk mengukur bagaimana peserta pelatihan bereaksi terhadap program tersebut. Evaluasi berfokus pada pendapat subjektif peserta tentang pembangunan kapasitas dan cara agar hal itu dapat ditingkatkan. Aktivitas yang dilakukan yaitu melihat kepuasan peserta terhadap program, materi, instruktur, fasilitas dan menilai kebermanfaatan yang dirasakan peserta program. Evaluator juga dapat memberikan umpan balik kepada pihak-pihak terkait tentang reaksi yang diberikan setelah pemeriksaan. Evaluator dapat memberikan catatan penting yang diberikan kepada pemangku kebijakan terkait untuk mencapai tujuan sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
  2. Outcome Evaluation (Hasil)

Sumber data mana yang harus diandalkan terlebih dahulu harus diputuskan oleh tim evaluasi. Jika ada banyak sumber data, hanya satu yang harus dipilih, dan membuat alasan yang kuat kenapa memilih sumber data tersebut. f. Menyusun matriks tabulasi data. Matriks tabulasi data disusun berdasarkan kerangka analisis. Bersumber dari instrumen pendataan yang telah diisi maka matriks tabulasi data berguna sebagai formulir raw data. Semua data yang ada dalam instrumen pengumpulan data dipindahkan ke matriks tabulasi data (converting process). Tabulasi data disusun menggunakan format dalam format menggunakan MS Excel. Dari unit usaha kecil hingga unit usaha besar, urutannya disusun secara berurutan. g. Menyiapakan matriks pengolahan data. Kolom matriks tabulasi data yang terisi penuh harus diperhitungkan selama prosedur pengolahan data. Jika kerangka analisis evaluasi telah ditetapkan, harus sepenuhnya menerapkan model tersebut saat melakukan penilaian dan perhitungan. Akan diberlakukan nilai 0 pada scoring apabila terdapat satu kegiatan dimana memiliki data tidak lengkap atau tidak ada. Selain itu, tetap harus dilakukan calculating dengan cara mengalikan bobotnya dengan score program atau kegiatan. h. Mencermati sifat nilai koefisien pada variabel tertentu. Nilai koefisien harus diteliti terlebih dahulu sebelum melakukan perhitungan. Ada dua jenis nilai koefisien yakni ā€œKoefisien Berbanding Lurusā€ dan ā€œKoefisien Berbanding terbalikā€. Akan dilakukan perhitungan tambahan pengurangan nilai apabila variabel ā€œKoefisien Berbanding Terbalikā€ ditemukan menghitungnya dengan cara Bobot Variabel yang bersangkutan dikurangi Nilai Koefisien Hasil Hitung langsung. i. Melakukan scoring dan calculating. Agar dapat diperoleh nilai scoring di setiap kegiatan maka dibutuhkan angka koefisien variabel dan bobot kegiatan bersangkutan

(diberikan bobot jika dilihat per item perlu adanya perbedaan). Berikut langkah-langkahnya:

  1. Menghitung angka koefisien variabel. Menghitung angka koefisien dilakukan dengan cara membandingkan angka faktual dengan angka ideal. Harus dilakukan pencermatan pada sifat nilai koefisien apabila angka koefisien dari hasil perhitungan telah diketahui. Saat logikanya berbanding terbalik, maka harus dilakukan pembalikan untuk menemukan angka koefisien variabel sesungguhnya. Setiap kegiatan dan variabelnya dilakukan perhitungan angka koefisien.
  2. Menghitung score. Hasilnya didapat dengan mengalikan angka koefisien variabel dengan bobotnya dan setiap kegiatan dan variabelnya dilakukan perhitungan score.
  3. Menghitung total score. Hasilnya didapat dengan menambahkan masing-masing score pada tiap variabel menurut kegiatan.
  4. Melakukan penafsiran (interprating). Selain mengevaluasi konteks, masukan, reaksi dan hasil terhadap pelatihan dan pengembangan, pengusaha harus terus-menerus mengukur biaya. Analisis biaya/manfaat biasanya dilakukan sebelum melakukan inisiatif pelatihan. Biaya harus dipantau untuk memastikan tidak memenuhi anggaran. Dalam evaluasi outcome, terdapat tiga tingkatan ā€˜hasil’ yaitu (a) hasil langsung dimana melihat apakah peserta pelatihan dapat menyelesaikan program dengan sukses, (b) hasil menengah dimana diperlukan beberapa waktu untuk melihat perubahan desain pelatihan/perolehan sumber daya baru, (c) hasil akhir dimana merupakan tujuan utama bagi organisasi. 2.3 Kelebihan Model CIRO
  5. Dalam evaluasi konteks menjabarkan tujuan program menjadi tiga bagian yaitu:

a. Context: prestasi siswa menurun, tidak ada motivasi belajar, guru mengajar monoton dll. b. Input: sarana prasarana, ahli pembelajaran, guru. c. Reaction: guru merasa ada pencerahan/wawasan baru tentang strategi pembelajaran. d. Outcome: ada kegairahan/semangat belajar siswa, prestasi belajar meningkat.

  1. Pengembangan Media dengan Model Ciro sebagai Evaluasi Program Pembelajaran Ilmu Tajwid di Pesantren Miftahul Mu’arif. a. Context:
  • Terdapat aktivitas pre-assignment berupa: guru memberikan salam pembuka, berdoa, memaparkan tujuan pembelajaran dan hasil yang ingin dicapai.
  • Selanjutnya, guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui kemampuan pengetahuan awal siswa, dan siswa tampak ragu- ragu dalam menjawab.
  • Terdapat dorongan dari guru, sehingga beberapa siswa mulai menjawab dan guru membandingkan berbagai jawaban siswa meskipun belum ada yang tepat. Guru menghargai jawaban siswa.
  • Guru mencontohkan dan memaparkan materi, siswa diminta mengikuti dengan seksama. b. Input:
  • Guru menjelaskan kinerja dan pelajaran.
  • Siswa mendapatkan materi.
  • Terdapat saran pendukung seperti rekaman audio bacaan Al- Quran. c. Reaction:
  • Terdapat sesi diskusi dan guru mengamati pekerjaan siswa untuk melihat cara kerjanya.
  • Guru menghimbau untuk kembali ke pembelajaran berbasis teks untuk persiapan post-test.

d. Outcome:

  • Guru mengadakan penilaian membaca ayat Al-Quran.
  • Siswa diminta mendengar dan mengulang suara yang telah dibacakan sebelumnya.
  • Hasil penilaiannya sebagai berikut:

Kesimpulan: Hasil perhitungan nilai N-Gain di pesantren Miftahul Muarif sebesar 0,421 sehingga masuk pada kategori sedang, adapun dalam pelaksanaan terhadap media pembelajaran tajwid berada pada kategori sangat praktis dengan persentase tingkat kepraktisan 92,81% sehingga dengan menggunakan evaluasi model CIRO, dapat dikatakan sudah efektif.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan Model evaluasi CIRO merupakan model evaluasi yang bersifat hierarki, dalam hal ini proses mengevaluasi harus dimulai dari tahapan pertama yaitu ā€˜konteks’ baru dapat dilanjutkan ke tahap kedua yaitu ā€˜input’, lanjut ke tahapan ketiga yaitu ā€˜reaksi’ dan menuju tahap terakhir yaitu ā€˜hasil’. Tujuan model evaluasi CIRO ialah guna memastikan bagaimana suatu pelatihan mempengaruhi tujuan suatu organisasi. Sedangkan manfaat utama penggunaan pendekatan CIRO adalah memastikan semua aspek siklus dalam pelatihan tertutupi. Kelebihan model CIRO sangat signifikan dan meskipun untuk kelemahan model CIRO ini banyak, masih terdapat upaya-upaya untuk menutupi kelemahan tersebut. 3.2 Saran Penyiapan sumber daya bagi peserta menjadi fokus utama model evaluasi CIRO. Untuk memastikan keberhasilan perusahaan ataupun organisasi dapat menerapkan model evaluasi CIRO. Namun demikian, kesemua model-model evaluasi pelatihan yang telah dipaparkan pada pertemuan sebelumnya memiliki kelebihan masing-masing, tinggal kita memilih model yang paling tepat sesuai dengan organisasi atau perusahaan kita. Setiap pembaca disarankan untuk membaca buku Evaluasi Esai karya Dr. Wirawan, MSL, Sp.A, M.M., M.Si oleh penulis karena secara signifikan bisa memperdalam pemahaman kita tentang ilmu evaluasi, memungkinkan kita untuk menilai apa pun yang kita inginka,. dan belajar banyak tentang model evaluasi yang sesuai akan kita implementasikan kelak. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu diharapkan ada kritik dan saran yang membangun bagi penulis untuk perbaikan di masa mendatang.