Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Tradisi Pesantren Tradisional, Papers of Islamic Studies and Culture

dalam dunia pesantren dimana ia berfungsi sebagai pusat pendidikan islam yang tradisional banyak budaya yang berkembang berkaitan dengan pemimpin pesantren maupun kegiatan keseharian yang mendukung kegiatan pendidikan.

Typology: Papers

2019/2020

Available from 10/03/2022

the_faizian
the_faizian 🇮🇩

9 documents

1 / 19

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
Tradisi Pesantren Tradisonal: Takzim, Ziarah Kubur dan Ijazah Kyai
A.
Pendahuluan
Pondok Pesantren atau bisa disebut dengan Dayah, Surau, Meunasah, dan sebutan lainnya
merupakan lembaga yang berbasis masyarakat dan didirikan oleh perseorangan, Yayasan, organisasi
masyarakat islam dan atau masyarakat yang menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT,
menyemaikan akhlak mulia serta memegang teguh jajaran Islam rahmatan lil alaimin memiliki rendah hati,
teloren, keseimbangan, moderat.
1
Sedangkan Pendidikan pesantren adalah Pendidikan yang yang diselennggarakan oleh pemerintah
dan berada di lingkungan pesantren dengan mengambangkan kurikulum sesuai dengan kekhasan pesantren
berbasis kitab kuning atau dirasah islamiah berbasis kehidupan dengan pola pendidkan mualimin.
2
Pondok pesantren pada dasarnya sangat dekat dengan kata kiyai dan santri yang memiliki
1
Undang-Undang No. 18 Tahun 2019 tentang Pesantren
2
Undang-Undang No. 18 Tahun 2019 tentang Pesantren
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe
pff
pf12
pf13

Partial preview of the text

Download Tradisi Pesantren Tradisional and more Papers Islamic Studies and Culture in PDF only on Docsity!

Tradisi Pesantren Tradisonal: Takzim, Ziarah Kubur dan Ijazah Kyai

A. Pendahuluan Pondok Pesantren atau bisa disebut dengan Dayah, Surau, Meunasah, dan sebutan lainnya merupakan lembaga yang berbasis masyarakat dan didirikan oleh perseorangan, Yayasan, organisasi masyarakat islam dan atau masyarakat yang menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, menyemaikan akhlak mulia serta memegang teguh jajaran Islam rahmatan lil alaimin memiliki rendah hati, teloren, keseimbangan, moderat.^1 Sedangkan Pendidikan pesantren adalah Pendidikan yang yang diselennggarakan oleh pemerintah dan berada di lingkungan pesantren dengan mengambangkan kurikulum sesuai dengan kekhasan pesantren berbasis kitab kuning atau dirasah islamiah berbasis kehidupan dengan pola pendidkan mualimin.^2 Pondok pesantren pada dasarnya sangat dekat dengan kata kiyai dan santri yang memiliki (^1) Undang-Undang No. 18 Tahun 2019 tentang Pesantren (^2) Undang-Undang No. 18 Tahun 2019 tentang Pesantren

keterhubungan dalam hal pembelajaran. Pemberian nama kiyai didapatkan dari masyarakat yang bukan didaptkan dari pendidikan formal dikarenakan kiyai dimata masyarakat adalah orang yang memiliki tingkat kesalehan yang tinggi, kekuatan supranaturalnya, keturunannya dan sikapnya (moral).^3 Tradisi pesantren bagi kaum reformis-modernis sulit untuk dirasionalkan karena pesantren memiliki kiblat pembelajaran tersendiri dan culture yang berbeda dengan ajaran dakwah yang dibawa kaum reformis. Pesantren tradisional beridolakan pada paham Al-Ghazali pada ajaran tasawuf dan akhlak sedangkan kaum reformis memilih Ibnu Taimiyah dalam hal serapan keilmuan.^44 Bagi santri atau pelajar di pesantren lebih menerapkan tabiat atau takzim terhadap Kyai merupakan nilai fundamental yang ditanamkan pada santri,^5 karena Kyai adalah hamba Allah yang mulia yang memiliki segudang keilmuan agama, sikap pribadi yang berkharisma, tarekat yang kuat kepada gusti allah dan amal ibadah yang tinggi adalah pancaran keberkhannya Kyai.^6 (^3) Syamsul Huda, Kultus KIAI: Sketsa Tradisi Pesantren , (Surabaya: Jurnal Tawasawuf. 2011), Vol 1, hlm. 122. (^4) Martin Van Bruinessen. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat , (Yogyakarta: Gading. 2015), hlm. 87- 88. (^5) Ibid , hlm. 86. (^6) Mujamil Qomar, Pesantren dari Trasnformasi Metedologi Menuju Demokrasi Institusi , (Jakarta: Erlangga. 2005), hlm. 30.

pada abad ke-16 M, yakni terdapat di Ampel Denta dalam asuhan Sunan Ampel. Pada waktu itu, beliau mengkader santri-santrinya untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh pelosok tanah air, bahkan ada yang ditugaskan hingga ke negara-negara tetangga. Dari murid-murid Sunan Ampel inilah, kemudian menjamur pesantren-pesantren di seluruh penjuru tanah air. Puncaknya adalah pada awal pertengahan abad ke-19 serta awal abad ke- 20, yaitu pada masa Syekh Kholil Bangkalan. Dari tangan dingin beliau-lah muncul kyai-kyai besar Nusantara yang kemudian dapat menetaskan kyai-kyai besar lainnya. Puncaknya, pada waktu itu hampir di setiap kota kecamatan hingga di setiap desa berdiri satu pesantren atau bahkan lebih. Dalam perjalanannya, muncul pengklasifikasian pesantren di Indonesia berdasarkan sistem atau jenis lembaga pendidikan yang diadakannya.^9 Pesantren selalu identik dengan Kyai, Santri, dan kitab kuning sebagai identitas khusus pesantren, karena setidaknya ada 5 ciri yang terdapat pada suatu lembaga pondok pesantren, yakni, kyai, santri, pengajian, asrama dan masjid dengan aktivitasnya.^10 Dimana Kyai sebagi pusat sentral dan masjid sebagai (^9) Sutrisno, Budiono Hadi, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa , (Yogyakarta: GRAHA Pustaka , 2009), hlm. 16 (^10) Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 191.

lembaganya.^11 Kitab kuning atau kitab klasik merupakan sumber pembelajaran agamnya yang sudah dipelajari jauh pada abad ke 16.^12 Berdirinya pondok pesantren tak lepas dari kontribusi kyai sebagai pendiri pesantren dikarenakan dengan banyaknya santri yang ngelmu pada Kyai yang akhirnya dibangun pesantren yang diarea rumah Kyai.^13 Kyai memiliki peran ganda pada santri dan masyarakat peran seorang Kyai di antaranya adalah sebagai pengasuh pesantren, pemimpin umat atau masyarakat juga sebagai penjaga dan pembimbing moral umat atau masyarakat.Sebagai seorang pengasuh pesantren dan upayanya dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam pada santri dipesantren yang diasuh atau dipimpinnya.^14 Berdasarkan pernyataan di atas, kita bisa mengatakan bahwa Kyai adalah guru dan public pigur bagi santri yang memiliki kharisma besar dimata santri, dalam dunia pesantren kebanyak santri pasti memilih hormat dan tunduk kepada Kyai karena mereka meyakini bahwa al ilmu fisshuduur la fisstuur (ilmu terdapat (^11) Abdurrahman Wahid, dkk., Pesantren dan Pembaharuan, ( Jakarta: PT. LP3S Indonesia.1995), hlm. 82 (^12) Martin Van Bruinessen. Kitab Kuning , Pesantren dan Tarekat , (Yogyakarta: Gading. 2015), hlm. 95 (^13) Abdurrahman Wahid, dkk. Pesantren dan Pembaharuan, ( Jakarta: PT. LP3S Indonesia.1995), (^14) Horton, B.P. dan Chester L. Hunt, S osiologi. diterjemahkan oleh Drs. Aminudin Ram,M. Ed dan Dra. Tita Sobari. (Jakarta: Erlangga. 1999), hlm. 212

dari petualangan mencari ilmu para Kyai mendirikan pesantren di daerahnya masing-masing dan meniru model pembalajaran di beberapa tempat di Timur Tengah.^17 Pesantren di Indonesia dengan Kyai dan santrinya selalu identic menggunakan sarung disebabkan oleh akar historis lama dikarenakan sikap anti colonial yang dimana identic dengan dasi dan pentolan atau celana yang dipakai oleh kaum penjajah dari barat,^18 sikap yang sangat dilarang oleh Kyai pada tempo dulu masih dipertahankan sampai sekarang yang membuktikan bahwa otoritas Kyai begitu dijaga. Pesantren di Indonesia saat ini memiliki ciri khas tertentu, lebih-lebih dengan munculnya pesantren modern seperti gontor yang berdiri tahun 1926 sebagai bentuk counter terhadap stigma yang mengatakan pesantren tidak mampu membendung perubahan zaman, pesantren Gontor dibangun oleh KH Ahmad Sahal, KH Imam Zarkasy dan KH Zainuddin Fanani^19 yang berakar rumput dari pesantren tradisional. Kehadiran pesantren modern tentu tidak luput dari terpaan model pembelajaran keislamanan di timur tengah seperti (^17) Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning , Pesantren dan Tarekat , (Yogyakarta: Gading. 2015), hlm. 123 (^18) Mujamil Qomar, Pesantren dari Trasnformasi Metedologi Menuju Demokrasi Institusi , (Jakarta: Erlangga. 2005), hlm. 36 (^19) Abdurrahman Wahid, dkk. Pesantren dan Pembaharuan. ( Jakarta: PT. LP3S Indonesia. 1995), hlm. 68

Universitas Al-Azhar di Mesir, Syanggil di Libya, Aligarh dan Santiniketan ala Rabindranat Tagore di India,^20 sehingga wajarlah model pembelajarannya berbeda dengan pesantren tradisional. Di Indonesia secara umum, kita bisa melihat perkembangan pesantren saat ini diantaranya, Pondok pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajaran Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama Islam yang kegiatan pendidikan dan pengajarannya sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Pembelajaran (pendidikan dan pengajaran) yang ada pada pondok pesantren ini dapat diselenggarakan dengan cara non-klasikal atau dengan klasikal. Jenis pondok pesantren dapat meningkat dengan membuat kurikulum sendiri, dalam arti kurikulum ala pondok pesantren yang bersangkutan yang disusun sendiri berdasarkan cri khas yang dimiliki oleh pondok pesantren. Penjenjangan dilakukan dengan cara memberikan kitab pegangan yang lebih tinggi dengan Funun (tema kitab) yang sama setelah tamatnya suatu kitab. Para santri dapat tinggal dalam asrama yang disediakan dalam lingkungan pondok pesantren dapat juga mereka tinggal diluar lingkungan pondok pesantren (santri kalong). (^20) Abdurrahman Wahid, dkk, Pesantren dan Pembaharuan, ( Jakarta: PT. LP3S Indonesia. 1995), hlm. 91

masyarakat pengagum pesantren tradisonal. Sikap ini muncul karena kontribusi dan peran Kyai sebagai pengajar, pendakwah sekaligus pembentuk moral santri dan masyarakat. Maka santri dan masyarakat merasa dirinya kecil dan kurang bermakna di hadapannya, sehingga perasaan demikian melahirkan ketaatan, yang terkadang dinilai berlebihan dari dirinya, kyai juga diyakini dapat memberikan barokah kepada para santrinya lantaran kyai dianggap sebagai orang suci yang dekat dengan Allah SWT.^22 Tradisi takzim memang hal yang biasa sebagi bentuk penghormatan dan memohon keberkahan dari Kyai sebagi wujud rasa cinta santri. Beberapa bentuk penghoramatan kita temui seperti pada wajah Pesantren di Yogyakarta di daerah Krapyak, tokoh sentral pada Pesantren ini adalah alm KH. M. Moenawwir sebagai orang yang saleh, taat beragama, dengan sipat guru yang sedikit pemalu, KH. M. Moenawwir adalah Kyai yang menghapal al-Quran ( Tahfidz Quran ) dan peletak ajaran tajwid dalam tradisi pengajaran di Jawa.^23 KH. M. Moenawwir memiliki tingkat spiritual dan rasa bakti terhadap gurunya yang tinggi, beliau diceritakan memiliki tempat khusus untuk beribadah kepada Allah ( Tawajjuh ) di ruangan khusus di utara (^22) Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial , (Jakarta: P3M, 1986), hlm. 146 (^23) Mark R. Woodward, Islam Jawa (Kesalehan Normatif Versus Kebatinan). (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta. 2004), hlm. 166.

masjid pondoknya, beliau juga Kyai yang taat terhadap gurunya dibuktikan beliau kerap berziarah ke makam di daerah Madura yakni makam gurunya Syekh Kholil Bangkalan sebagi bentuk penghoramatan kepada Kyainya, dan kemakam ke makam Sunan Kalijaga dengan berjalan kaki sebagai orang yang berpengaruh terhadap islam di Jawa dan Indonesia.^24 Tradisi hormat terhadap guru dan guru dari guru santri dengan cara berziarah ke makamnya terus berotasi hingga kini di Makam KH. M. Moenawwir, ketika beliau meninggal dunia di hari ke 7 (Mituq an dalam tradisi islam di Lombok) orang orang- orang di Jawa membaca Al-Quran di atas makamnya dan hingga saat ini para santri dari beliau KH. M. Moenawwir setiap malam kamis berziarah di makamnya sebagai sumber berkah untuk santrinya yang ingin menghafal quran.^25 Bahkan tercatat bahwa peziarah yang datang ke Makam Gusdur (Abdurrahman Wahid) sebagi tokoh penting dalam Islam di Nusantrara dan tokoh pluralisme, tercatat untuk hari biasa antara hari Senin sampai kamis perhari sekitar tiga ribu peziarah dan untuk hari Jumat sampai Minggu sekitar sepuluh ribu perhari.^26 Ini membuktikan bahwa tradisi ziarah kemakam Kyai masih sangat (^24) Ibid , hlm..168. (^25) Ibid , hlm. 171. (^26) Diakses dari https://islam.nu.or.id/post/read/112639/beda-pendapat-ulama-soal-berziarah- ke- makam-wali , pada 22 Desember 2019.

kesadaran. Dengan kesadaran maka akan mencapai suatu tujuannya. Tujuan-tujuan tersebut juga dipengaruhi oleh persediaan pengetahuannya.^29 Kyai mempunyai kharismatik yang dipercayai banyak barokah didalam diri kyai dengan banyak ilmu yang dikuasainya. Kyai merupakan sosok titisan para nabi yang mempunyai kelebihan ilmu dibidang agama serta dipercaya bisa menata hidup didunia dan diakhirat. Bagi santri ngawulo yang dekat dengan kyai merupakan sebuah kebangaan tersendiri meskipun banyak tugas yang diperintahkan oleh kyai. Kyai dengan kharismatiknya dapat menjadi mediator ditengah berbagai kesulitan yang dihadapai khususnya pesantren.^30 b. Ijazah Di lain sisi, kehidupan Pondok pesantren tradisional tidak lepas dari ijazah atau arahan guru, bahkan Pondok Pesantren lama tidak terlalu mementingkan ijazah formal dikarenakan Kyai selalu menyampaikan pesan kepada santrinya s yahadatuka mufakaatuka (ijzahmu adalah kecakapnmu) seperti yang sering dilontarkan KH. Imam Zarkasy pendiri Pesantren Gontor kepada santrinya.^31 (^29) Wirawan, Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi Aplikasi dan Penelitian, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm.140. (^30 30) Nur Syam, Islam Pesisir , (Jogjakarta:LKiS, 2005), hlm. 29. (^31) Abdurrahman Wahid, dkk. Pesantren dan Pembaharuan. ( Jakarta: PT. LP3S Indonesia. 1995), hlm. 93

Disamping itu ijazah di pesantren berbentuk pencantuman nama dalam suatu daftar rantai transmisi pengetahuan yang dikeluarkan oleh gurunya terhadap muridnya yang telah menyelesaikan pelajarannya dengan baik tentang suatu kitab tertentu sehingga santri/murid tersebut dianggap menguasai dan boleh mengajarkannya kepada orang lain. Tradisi ijazah ini hanya dikeluarkan untuk murid-murid tingkat tinggi dan hanya mengenai kitab-kitab besar dan masyhur. Para murid yang telah mencapai suatu tingkatan pengetahuan tertentu tetapi tidak dapat mencapai ke tingkat yang cukup tinggi disarankan untuk membuka pengajian, sedangkan yang memiliki ijazah biasanya dibantu mendirikan pesantren. Puncak kebahagiaan seorang Kyai adalah ketika para santrinya mampu membangun Pondok Pesantren selepas mereka lulus atau keluar dari pondok tersebut, sehingga trdisi dan ajaran pondok terus menjamur dipelosok Negeri. Begitupun dengan Ijazah yang diberikan Kyai terhadap Santrinya adalah perintah untuk mengaji kepada Kyai yang lain untuk mendapatkan spesialisasi kelimuan, Seperti dalam sanad keilmuan Kyai terlihat sering terjadi perbedaan, semisalkan dalam sanad KH. M. Moenawwir (Krapyak) untuk keilmuan sanad Qurannya sampai ke Nabi Muhammad terdapat perbedaan sanad, seperti sanad yang diterima oleh Kyai H.Noor Hadi Bali dari Muhammad Arwani, dari KH. M. Moenawwir dari Syech Yusuf ad-Dimyanti dari Syech Said Antar

Bukhari Muslim mengaji pada saat bulan Ramadhan di Tebu Ireng Jombang pada Hadratus Syeich Hasyim Asy’ari dan Santri yang ingin mendapat ijazah al asybah wan nadzair dan jauhar maknun harus mengaji di KH. Mahfudz Termaz di Pacitan Jawa Timur,^33 sehingga tidak heran jika kita mendengar Kyai mengaji kepada Kyai yang lain. Budaya-budaya di ataslah yang menjadi bagian dari corak pesantren di Indonesia, walaupun sedikit terjadi perbedaan pandangan diantara beberapa tokoh agama sentral terkait budaya yang turun temurun seperti dalam hal ziarah kubur adalah hal yang biasa, dikarenakan setiap gerak gerik dari petuah para Kyai memiliki argumentasi yang kuat dan berlandaskan ajaran agama. C. Kesimpulan Pesantren telah memberikan kontribusi besar terhadap ajaran agama Islam yang ditransmisikan dari Kyai ke santri dalam wadah pesantren. Pesantren didirikan tidak lepas dari peran sentral Kyai yang memiliki kontribusi paling besar. Kyai tidak hanya sebagai pengajar dalam pesantren juga menjadi pemimpin, public (^33) Abdurrahman Wahid, dkk., Pesantren dan Pembaharuan, ( Jakarta: PT. LP3S Indonesia. 1995), hlm88.

pigure dalam masyarakat pesantren dikarenakan sosok Kyai memiliki pengetahuan agama, kesalehan yang tinggi pada agama dan pengorbananya dalam agama. Keberkahan Kyai sangat dicari dalam tradisi pesantren dalam hal ini oleh Santri dan masyarakat pesantren, karena dengan keberkahan tersebut mampu membawa kepada nilai-nilai kebaikan dan segala bentuk kegiatan dari kehidupan dengan kepercayaan tinggi untuk di permudah oleh gusti Allah karena keberkahan dari Kyai tersebut. Singkatnya dalam pesantren tradisi-tradisi pesantren mulai dari takzim, ijazah dan ziarah kubur para wali dan Kyai sebagai bentuk penghormatan terhadap Kyai akan tetap berjalan dan melekat selama keberadaan pesantren masih tetap menjaga identitasnya sebagai pesantren tradisional dan mengimplementasi ajaran serta petuah para Kyai-kyai leluhurya ada dalam ruang-ruang pengajaran Islam di Indonesia.

Wahid, Abdurrahman, dkk, Pesantren dan Pembaharuan , Jakarta: PT. LP3S Indonesia. 1995. Wirawan, Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi Aplikasi dan Penelitian , Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013. Woodward, Mark R., Islam Jawa (Kesalehan Normatif Versus Kebatinan) ,Yogyakarta: LKIS Yogyakarta. 2004. Ziemek, Manfred, Pesantren dalam Perubahan Sosial , Jakarta: P3M, 1986. https://islam.nu.or.id/post/read/112639/beda-pendapat-ulama-soal-berziarah-ke-makam wali, diakses pada 22 Desember 2019 https://islam.nu.or.id/post/read/85822/empat-motivasi-ziarah-kubur- menurut-syekhnawawi- banten diakses pada 22 Desember 2019