






Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
bahan pak afashudin dan pak faisal
Typology: Exams
1 / 12
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Filsafat merupakan pemikiran secara sistimatis. Kegiatan kefisafatan ialah merenung (comtempolation), bukan melamun.
Perenungan kefilsafatan ialah pecobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional, yang memadai untuk memahami dunia tempat kita hidup. Perenungan kefilsafatan dapat dipandang sebagai pertentangan diantara alaternatif 2 yang masing 2 berpegang pada unsur atau segi yang penting, dan kemudian mencoba untuk mengujikan pada pengalaman, kenyataan empirik, dan akal (Kattsoff:6)
Ciri-ciri Pikiran kefilsafatan
Mis: Berkali-kali dalam peristiwa penodongan atau perampokan ada oknum baju hijau yang terlibat. Ini faktanya, dari pihak pemerintah terdengar himbauan agar orang jangan menyipulkan bahwa
tentara itu terdiri atas perampok dan penodong. Penalaran seperti ini sesat dan tidak sahih. Bentuknya entimema.
Penalaran itu tidak sahih, karena premisnya. Penalaran pihak pemerintah jika disusun silogisma formal sbb:
b. Kesesatan karena term ekuivok Term ekuivok itu term yang mempunyai lebih dari satu arti. Kalau dalam satu penalaran terjadi pergantian arti dari sebuah term yang sama maka terjadilah kesesatan penalaran. Contoh: Sifat abadi adalah sifat Ilahi Adam adalah mahasiswa abadi Jadi: Adam adalah mahasiswa yang bersifat Ilahi
c. Kesesatan karena arti kiasan (metapora) Ada analogi antara arti kiasan dengan arti sebenarnya. Artinya, ada persamaan dan ada perbedaan. Kalau dalam suatu penalaran sebuah arti kiasan disamakan dengan arti sebenarnya atau sebaliknya, maka terjadilah kesesatan karena arti kiasan. Kesesasatan itu sering terjadi dalam lawak.
d. Kesesatan karena ampfiboli (amphibolia) Amfiboli terjadi kalau konstruksi sebuah kalimat itu sedemikian rupa, sehingga artinya menjadi bercabang. Contohnya: Mahasiswa yang duduk di atas meja yang paling depan.. Apa yang paling depan mahasiswanya atau mejanya? “The duke yet lives that Henry shall depose” (shakespeare: King Henry VI) Apakah the duke akan menjatuhkan raja Henry atau raja Henry yang akan menjatuhkan the duke. Kalau dalam sebuah penalaran kalimat amfibol itu didalam premis digunakan digunakan dalam arti yang satu, sedang didalam konklusi artinya berbeda, maka terjadilah kesesatan karena amfiboli. Dalam bahasa latin, nama kesesatan karena empat term tersebut disebut dgn quaterna terminorum
2. Argumentum ad verecundiam (Argumentum auctoritatis)
peraturan redistribusi seperti yang dibicarakan itu harus duterima, bukan sampah itu begini atau begitu.
11. Kesesatan karena pertanyaan yang komplek
Induktif : Menarik kesimpulan berdasarkan pernyataan kusus atau berdasarkan data lapangan. Penalaran model Huxley (1825-1895) Seorang pembeli menemukan: Apel I keras dan hijau adalah masam Apel II keras dan hijau adalah masam Kesimpulan: Semua apel yang keras dan hijau adalah asam
Prinsip yang menjadi dasar penalaran generalisasi itu adalah: “Apa yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu, dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi” Hasil penalaran generalisasi induktif itu sendiri disebut generalisasi. Generalisasi dalam arti ini berupa suatu proposisi universal, seperti semua logam yang dipanasi memuai.
Kebenaran dari pada kebenaran konklusi ditentukan oleh faktor probabilitas berikut 1.Jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif: makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, makin tinggi probabilitas konklusinya, dan sebaliknya 2.Makin besar jumlah faktor analogi didalam premis, makin rendah probabilitas konklusinya dan sebaliknya. Analogi mempertinggi heterogenitas.
ekonomi sama seperti dunia fisika, adalah indah, teratur, harmoni, dan ”masyarakat manusia, bila kita pandang secara mendalam, tampak seperti mesin, gerakan-gerakannya begitu harmonis dan teratur telah menghasilkan ribuan efek yang dapat disepakiti” (W.Schneider, dalam Umar Chapra,2000:28).
1.Sebab-akibat dasar induksi Sebab-akibat adalah suatu keadaan atau kejadian yang satu menimbulkan atau menjadikan keadaan atau kejadian yang lain. Dalam pengertian sebab-akibat maka terkandung:
Maka : A
Logika ialah ilmu pengetahuan mengenai penyimpulan yang lurus (Kattsoff:28). Logika terdiri dari 4 bentuk: Logika traditional, Logika kategorik, Logika Simbolik, Logika Kuantifikasional, dan Induksi.
I.Penalaran Langsung a.Proposisi katagorik standar: dari Aristolteles Penalaran Langsung: premisnya hanya terdiri dari satu proposisi saja. Kongklusi ditarik langsung dari proposisi yang satu itu dengan membandingkan subjek dan pradikatnya: (S:P atau sifat) Mis: -Kerbau (kata benda) itu (kopula) binatang (kata benda)
b. Kualitas, Kuantitas dan Distribusi Kualitas: kualitas proposisi adalah ada tidaknya hubungan diantara S dengan P. Ada hubungan, maka proposisi afirmatif (S=P) Tdk ada hub, maka proposisi negatif (S≠P). Mis: Semua S adalah P. Semua kerbau (S) adalah binatang (P) Kuantitas: Kuantitas: Manusia itu bukan si ma’e atau sima’un, tetapi kumpulan individu yang memiliki ciri-ciri individu, yaitu ciri-ciri manusia. Kumpulan dari yang memiliki ciri yang sama disebut dengan kelas.