Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Bahan Makalah Manajemen Resiko, Study notes of Credit and Risk Management

Bahan Makalah Manajemen Resiko

Typology: Study notes

2019/2020
On special offer
30 Points
Discount

Limited-time offer


Uploaded on 01/05/2020

dio-landika-pratama-16110090
dio-landika-pratama-16110090 🇮🇩

1 document

1 / 23

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Risiko merupakan hal yang tidak mungkin dihindari dalam
kehidupan ini, mengatur risiko dengan tujuan mengurangi atau
memindahkan risiko kepada pihak lain adalah hal yang dapat dilakukan
pelaku bisnis. Asuransi merupakan suatu metode untuk mengurangi risiko
dengan jalan memindahkan dan mengombinasikan ketidakpastian akan
adanya kerugian keuangan (finansial). Asuransi akan membantu untuk
mengganti biaya kerugian yang diderita sehingga kerugian yang diderita
oleh pelaku bisnis bisa diperkecil.
Dalam asuransi syariah, risiko individu atau organisasi disebar atau
dibagi dengan orang atau organisasi lain yang memiliki sifat risiko yang
relative sama. Berdasarkan model yang diterapkan oleh asuransi syariah,
individu atau organisasi membayar kontribusi dalam bentuk sumbangan
dengan ketentuan bahwa bila terjadi risiko pada salah satu peserta,
peserta tersebut akan menerima bantuan dana asuransi syariah untuk
menutupi kerugian yang dihadapinya. Berbeda dengan asuransi
konvensional, untuk menghindari gharar, maisir, dan riba, konsep
asuransi syariah memiliki tembok perlindungan, yaitu berupa kontrak atau
ikatan asuransi syariah itu sendiri. Asuransi syariah tidak menggunakan
perikatan jual beli, melainkan menggunakan perikatan yang sesuai
dengan syariah seperti perikatan mudharabah (berbagi keuntungan) atau
wakalah (Ikatan Peragenan/Perwakilan), atau ikatan lain yang sesuai
dengan sifat risiko yang akan dibagi.
Dalam hal ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pemindahan risiko
kepada perusahaan asuransi syariah dengan sistem kontrak mudharabah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pemindahan risiko kepada perusahaan asuransi syariah?
1.2.2 Bagaimana karakteristik risiko yang dapat diasuransikan?
1.2.3 Bagaimana kontrak mudharabah dalam asuransi syariah?
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe
pff
pf12
pf13
pf14
pf15
pf16
pf17
Discount

On special offer

Partial preview of the text

Download Bahan Makalah Manajemen Resiko and more Study notes Credit and Risk Management in PDF only on Docsity!

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Risiko merupakan hal yang tidak mungkin dihindari dalam kehidupan ini, mengatur risiko dengan tujuan mengurangi atau memindahkan risiko kepada pihak lain adalah hal yang dapat dilakukan pelaku bisnis. Asuransi merupakan suatu metode untuk mengurangi risiko dengan jalan memindahkan dan mengombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (finansial). Asuransi akan membantu untuk mengganti biaya kerugian yang diderita sehingga kerugian yang diderita oleh pelaku bisnis bisa diperkecil. Dalam asuransi syariah, risiko individu atau organisasi disebar atau dibagi dengan orang atau organisasi lain yang memiliki sifat risiko yang relative sama. Berdasarkan model yang diterapkan oleh asuransi syariah, individu atau organisasi membayar kontribusi dalam bentuk sumbangan dengan ketentuan bahwa bila terjadi risiko pada salah satu peserta, peserta tersebut akan menerima bantuan dana asuransi syariah untuk menutupi kerugian yang dihadapinya. Berbeda dengan asuransi konvensional, untuk menghindari gharar, maisir, dan riba, konsep asuransi syariah memiliki tembok perlindungan, yaitu berupa kontrak atau ikatan asuransi syariah itu sendiri. Asuransi syariah tidak menggunakan perikatan jual beli, melainkan menggunakan perikatan yang sesuai dengan syariah seperti perikatan mudharabah (berbagi keuntungan) atau wakalah (Ikatan Peragenan/Perwakilan), atau ikatan lain yang sesuai dengan sifat risiko yang akan dibagi. Dalam hal ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pemindahan risiko kepada perusahaan asuransi syariah dengan sistem kontrak mudharabah. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana pemindahan risiko kepada perusahaan asuransi syariah? 1.2.2 Bagaimana karakteristik risiko yang dapat diasuransikan? 1.2.3 Bagaimana kontrak mudharabah dalam asuransi syariah?

1.3 Tujuan 1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana pemindahan risiko kepada perusahaan asuransi syariah. 1.3.2 Untuk memahami karakteristik risiko yang dapat diasuransikan. 1.3.3 Untuk memahami kontrak mudharabah dalam asuransi syariah. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pemindahan Risiko pada Perusahaan Asuransi Syariah Pemindahan risiko ( risk transfer ) adalah perusahaan memindahkan/ mentransfer resiko ke pihak lain yang biasanya mempunyai kemampuan lebih baik dalam hal mengendalikan resiko, baik karena skala ekonomi yang lebih bagus, atau karena mempunyai keahlian untuk melakukan manajemen resiko yang lebih baik. Alat/cara yang dapat digunakan untuk pendekatan ini yaitu berupa Asuransi. Asuransi dapat didefinisikan dari dua sudut pandang. Pertama, asuransi sebagai perlindungan terhadap risiko keuangan yang disediakan pihak insurer (penjamin asuransi). 1 [1] Kedua, asuransi sebagai alat penggabungan 1 [1] Eka An Aqimuddin, Solusi Bila Terjerat Kasus Bisnis , Jakarta, Raih Asa Sukses, 2010, hlm. 104.

menduga apakah ia akan menderita sakit, lumpuh atau meninggal dunia karena kecelakaan atau karena sebab lainnya. 2.2.2 Kerugian harus dapat diukur. Kerugian yang dapat dipertanggungkan harus dapat diukur dalam hal waktu dan jumlah nominal uang, kapan seseorang itu harus memperoleh pembayaran santunan dan berapa jumlah yang akan diterima. Kejadian meninggal dunia, sakit, dan lanjut usia misalnya adalah kondisi-kondisi yang dapat diidentifikasi dalam bentuk jumlah kerugian finansial sekalipun bersifat relatif. 2.2.3 Kerugian harus berarti. Kerugian yang dapat dijamin oleh asuransi haruslah kerugian yang sangat berarti dari sisi finansial. Banyak orang yang kehilangan pulpen, sandal, atau kacamata. Namun kehilangan benda-benda tersebut secara ekonomi tidak terlalu signifikan, sehingga tidak mungkin diasuransikan. Lagi pula untuk menjamin asuransi benda-benda semacam itu, biaya administrasi yang timbul jauh lebih besar daripada nilai bendanya. Oleh sebab itu, dari sisi finansial kerugian semacam itu tidak dianggap signifikan. Kerugian yang berarti misalnya hilangnya mobil karena pencurian, kebakaran karena petir ataupun ledakan dan lain sebagainya.^3 [3] 2.2.4 Kerugian harus dapat diprediksi. Dari sisi ini, perusahaan asuransi harus dapat memprediksi secara akurat tingkat kemungkinan kerugian. Tingkat kemungkinan kerugian adalah akumulasi kerugian dari suatu kelompok tertentu (peserta asuransi) pada saat perjanjian berjalan. Kegunaan mengetahui tingkat kemungkinan kerugian ini adalah agar perusahaan asuransi dapat membuat besaran nilai premi bagi tiap-tiap peserta. Dengan demikian, jika terjadi klaim, perusahaan memiliki cukup dana untuk membayarnya. Tarif premi dibuat dengan dua tujuan, yaitu tujuan bisnis dan tujuan regulator. Tarif premi yang disusun dengan tujuan bisnis merupakan wujud dari tujuan perusahaan asuransi, yaitu memperoleh laba atau profit 3 [3] Khoiril Anwar, Asuransi Syariah : Halal dan Maslahat , Solo, Tiga Serangkai, 2007, hlm. 8.

sehingga perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sedangkan tarif premi yang dibuat untuk regulator (pemerintah), berguna untuk melindungi masyarakat dari kerugian atau perlakuan tidak fair dari perusahaan asuransi. 2.2.5 Kerugian tidak mengakibatkan katastropik pada perusahaan asuransi. Bencana adalah jenis risiko katastropik. Penyebab bisa karena faktor manusia ( man-made disaster ) atau bencana alam (natural catastrophe). Bencana katastropik menimbulkan kerusakan parah dan korban jiwa yang besar, serta mencakup wilayah yang luas. Dukungan reasuransi harus mempertimbangkan jika bencana. Meskipun ada dukungan reasuransi, saat terjadi bencana, kerugian bisa lebih besar dari dukungan reasuransi yang dipunyai oleh perusahaan asuransi. Akibatnya, kerugian yang berlebih akan merugikan perusahaan asuransi.^4 [4] 2.3 Kontrak Al-Mudharabah Kontrak al-mudharabah yang diterapkan dalam asuransi syariah yaitu kontrak kerja sama antara dua pihak (peserta dan perusahaan). Pihak yang satu memiliki uang/modal ( sahibu-mal /peserta), tetapi tidak dapat mengelola secara maksimal karena memang tidak memiliki kemampuan dan waktu. Sementara itu, pihak lain memiliki kemampuan, waktu, dan pengalaman yang baik, tetapi kurang memiliki dana disebut mudharib (perusahaan asuransi). Modal yang dimaksudkan disini adalah premi yang dibayarkan oleh peserta. Dengan begitu, pihak yang menerima modal ( mudharib ) atau perusahaan asuransi hanya berfungsi sebagai pemegang amanah dari pihak yang memberi modal/peserta untuk mengelola atau menginvestasikan dananya sesuai dengan aturan-aturan hukum Islam. Dengan kontrak al-mudharabah ini, masing-masing pihak mempunyai peran yang sempurna sehingga memiliki nilai keadilan, karena pihak satu (pemodal) tidak membebani pihak lain atas resiko yang dihadapi. Namun, semua itu dapat ditanggung secara bersama-sama. Manakala diperoleh keuntungan, dibagi antara peserta dan perusahaan asuransi, sesuai dengan nisbah yang diperjanjikan. 4 [4] Ibid ., hlm. 9-10.

  1. Pengelolaan dana yang tidak memiliki unsur tabungan. Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam rekening tabarru’ , yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta sebagai iuran kebajikan untuk tujuan saling tolong menolong dan saling membantu, dan dibayarkan jika peserta meninggal dunia atau perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana). Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat islam. Keuntungan dari hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dann premi re-asuransi ), akan dibagi antara peserta dan perusahaan menurut prinsip al-mudharabah dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dengan peserta.^6 [6] 6 [6] Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah : Ditinjau dari Perbandingan dengan Asuransi Konvensional , Jakarta, PT Elex Media Komputindo, 2011, hlm.158.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan 3.1.1 Pemindahan risiko ( risk transfer ) adalah perusahaan memindahkan/ mentransfer resiko ke pihak lain yang biasanya mempunyai kemampuan lebih baik dalam hal mengendalikan resiko, baik karena skala ekonomi yang lebih bagus, atau karena mempunyai keahlian untuk melakukan manajemen resiko yang lebih baik. Alat/cara yang dapat digunakan untuk pendekatan ini yaitu berupa Asuransi. Dalam pemindahan risiko kepada perusahaan asuransi syariah yaitu risiko dipidahkan dengan usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. 3.1.2 Karakteristik risiko yang dapat diasuransikan yaitu penyebab kerugian harus terjadi dengan tidak sengaja, kerugian harus dapat diukur, kerugian harus berarti, kerugian harus dapat diprediksi dan kerugian tidak mengakibatkan katastropik pada perusahaan asuransi. 3.1.3 Dengan kontrak al-mudharabah , masing-masing pihak mempunyai peran yang sempurna sehingga memiliki nilai keadilan, karena pihak satu (pemodal) tidak membebani pihak lain atas resiko yang dihadapi. Namun, semua itu dapat ditanggung secara bersama-sama. Manakala diperoleh keuntungan, dibagi antara peserta dan perusahaan asuransi, sesuai dengan nisbah yang diperjanjikan. DAFTAR PUSTAKA

Sebagian terbesar perusahaan asuransi kerugian yang memiliki bonding departemen tersendiri. Bagaimanapun kontrak/perjanjian asuransi kerugian property ( property insurance ) berbeda dari survey bond. Paling sedikit dalam 5 hal utama :

  1. Survey bond memiliki tiga kelompok dalam kontrak yaitu principal, obligee dan surety, sedang biasanya hanya ada dua pihak yang tersangkut dalam kontrak asuransi yaitu tertanggung (insured) dan penanggung (insurer).
  2. Dalam surety bond, biasanya principal memperoleh surat tanggungan (bond) dan membayar premi, tapi obligee menerima perlindungan (obligee) menerima perlindungan (principal). Bagaimanapun, biasanya principal memindahkan biaya kepada obligee dengan jalan memasukkan ke dalam biaya/harga jasa pelayanan yang akan dilakukan. Seorang insured biasanya membeli kontrak asuransi untuk melindungi dirinya sendiri.
  3. Kerugian dalam surety bond bisa disebabkan dengan sengaja oleh tertanggung (principal) sedangkan kerugian asuransi haruslah bersifat kebetulan jika dibanding dari sudut tertanggung (insured).
  4. Secara teoritisnya, dalam surety bond tidak akan ada kerugian bagi penjamin, karena penjamin (surety) tidak akan menerbitkan surat tanggungan jika terdapat peluang kerugian (chace of loss) dan penjamin akan mengetahui kerugian poteensial dalam proses pengusutannya. Penanggung (insurer) mengharapkan akan terjadinya beberapa kerugian diantara kelompok tertanggung. Dalam teori, premi surenty bond seharusnya tidak mengandung expented losses allowence. Jadi premi hanya akan menutup biaya pengusutan dan lainnya dan menyediakan sedikt margin untuk biaya tak terduga dan profit. Suatu premi asuransi harus menutup kerugian harapan. Dalam prakteknya , surety memang bisa menderita kerugian disebabkan pengusutannya yang tidak efektif tapi kerugian itu bagi proporsi premi surety bond jauh lebih kecil daripada premi asuransi. Ratio kerugian surety bond juga cenderung untuk berfluktusdi dsepanjang waktu disebabkan oleh frekuensi kerugian yang lebih rendah dan kepekaan bond pada siklus ekonomi dan bencana alam.
  5. Jika kerugian terjadi, surety mempunyai hak menerima penggantian kepada principal. Seorang insurer tidak mempunyai hak seperti ini terhadap tertanggug. Tidak semu akontrak asuransi kerugian ataupun tidak semua surety bond ikut menanggung karakteristik yang di muat dala daftar diatas. Beberapa surety bond lebih menyerupai asuransi daripada yaan lainnya. Meskipun begitu perbedaan antara kontrak property insurance yang asli dengan surety bond yang asli ini asalah ahih dan bermanfaat. Salah satu tipe surety bonding yaitu fidelity bonding sangat berbeda dari tipe yang lainnya itu, biasanya lebih di anggap sebuah klas yang teroisah. fidelity bonding melindungi seorang majikan terhadao tindakan tidak jujur oleh karyawannya. Kebanykan fidelity bonding sangat menyerupai asuransi dan biasanya di sebut sebagai “ dishinesty insurance”. Aslinya fidelity bonds di tulis atas dasar yang sama seabagaimana surety bond. Beberapa masih ada. Menurut fidelity bonds yanag kurang umum ini, ada tiga pihak dalam kontrak yaitu majikan, karyawan dan insurer atau surety. karyawan yang menandatangani kontrak dan membayar preminya tetapi majikan yang memperoleh perlindungan. Insurer akan menyelidiki pegawai dengan meneliti pegawai dengan meneliti sebelum menuliskan surat tanggungan. pada akhirnya walaupun hak ini terlalu berharga, surety menjadi kreditur bagi karyawan, jikalau surety melakuan pembayaran. suatu pembedaan utama diantara keduanya hanya menutup penanggunga yang berkenaan dengan kejujuran, buakn kesanggupan. Surety bond mentup setiap kegagalan yang memmikul kewajiban yang ditegaskan. Akan tetapi sebagian besar dishonesty insurance tidak tertulis atas dasar ini. Perusahaan asuransi melindungi majiak terhadap kerugian yang diakibatkan oleh tindakan pegawainya yang tidak jujur. Untuk itu majikan membayar premi. Meskipun diperlukan suatu

lamaran dari setiap pekerja untuk menyediakan informasi penanggungan, tetapi pekerja sebaliknya bukanlah pihak yang terlibat dalam kontrak. Pengusutan karakter pekerja seringkali paling banter asalan saja. Kadang kadang insuren pun tidak mengenal nama pekerja. Kerugian kerugian di nilai dan diperkirakan dalam premi. Hak untuk menagih dari principal tidaklah berbeda dari hak untuk mengambil kembali dari pencuri. Oleh karena itu jelas bahwa surat tanggungan yang di tulis dengan cara ini dengan jelas lebi menyerupai asuransi daripada surety bonds. 2.2 Manfaat dan Biaya Asuransi Asuransi seperti kebanyakan lembaga lembaga lainnya, menyajikan kepada masyarakat, manfaat dan biaya. Manfaat Idemnification. Manfaat asuransi yang sebenarny aadalah mengganti kerugian bagi mereka yang menderita kerugian bagi mereka yang menderita kerugian tak diharapkan. Mereka – mereka ini dipulihkan atau setidak tidaknya untuk mengubah posisi ekonomi yang sebelumnya. Keuntungan bagi individu individu ini jelas. Masyarakat juga memperoleh keuntungan karena orang – orang ini di pulihkan untuk berproduksi kembali, pendapatan pajak ditingkatkan dan dana kesejahtraan yang harus dibayar pemerintah berkurang. Mengurangi ketidakpastian ( reduction of uncertainty ). Manfaat yang lebih berarti tapi kurang nyata dari asuransi muncul dari kenyataan bahwa asuransi itu dapat :

  1. Menghilangkan risiko, ketidakpastian, dan reaksi pribadi terhadap risioko bagi pihak tertanggun individual.
  2. Mengurangi total risio, ketidakpastian dan reaksi sebaliknya terhadap risiko dalam masyarakat. Bagaimana hal ini terlaksana adalah sangat penting yakni dengan mengetahui manfaat sebelum pembelian asuransi. Setiap insured yang potensil mempunyai risiko. Setiap orang tahu bahwa risiko ini ada ( maka dari itu ketidakpastiannya adalah tinggi), dan setiap orang di cemaskan tentang apakah ia menderita kerugian finansial. Mengetahui pembelian asuransi, setiap insured memindahkan risikonya kepada insurer. Dengan demikian ketidakpastian dan lebih jauh hilang pula kekhawatiran tentang kerugian finansial. Insurer menanggung sejumlah besar risiko, tetapi iya bergantung terhadap pengalama banyak insurer , kerugian aktual kemungkinan besar tertutup oleh kerugian yang diharapkan. Insurer memperhatiakan hukum bilangan besar. Oleh karena itu ketidakpastian insurer adalah kecil pula. Penanggung risiko yang professional tidak akan banyak diganggu oleh risiko kecil yang masih ada, karenanya risiko ketidakpastian dan reaksi perlawanan terhadap risiko dala masyarakat pada pokoknya dapat dikurangi melalui pembelian asuransi. Dalam prakteknya, ketetidak pastian insurrer, walaupun lebih kecil daripada yang dialami oleh tertanggung bukan lah sekecil kecilnya sebagaimana yang dinyatakan secara tidak langsung padaa deduksi yang terdahulu. Kesulitannya bahwa penanggung tidak mengetahui secara persis kerugian kerugian. Insurer haarus menaksirnya, akibatnya samping memiliki beberapa ketidakpastian tentang seberapa dekatnya kerugian aktual yang akan terjadi pada kerugian harapan itu. Taksiran ini penting karena ia menjadi tunjangan kerugian premi yang di bebankan kepada insurer. Penaksiran dihasilkan khusus dengan meninjau apa yang terjadi atas sejumlah besar expousure unit di waktu yang lalu. Hukum bilangan besar mengatakan bahwa semakin besar jumlah exposure unit yang di teliti akan semakin deka kerugian aktual dengan kerugian kerugian harapan untuk periode yang bersangkutan. Ada beberapa manfaat pengurangan risiko ini bagi tergantung masyarakat. pertama melalui hapusnya ketidakpastian yang berhubungan dengan risiko yang dipertanggungkan

Asuransi menciftakan biaya seperti biaya pengendalian kerugian biaya penilaian (adjustment) kerugian, biaya-biaya yang timbul untuk mencari calon tertanggung, pajak premi yang ditetapkan pemerintah dan biaya administrasi umum. Biaya-biaya yang di keluarkan ditambahkan sejumlah profit dan cadangan, mesti ditutup oleh premi yang dibebankan. Dalam kenyataannya , pekerja dan sumber-sumber lainnya yang mungkin sudah terikat dalam penggunaan lainnya dibutuhkan pula oleh perusahaan asuransi. Data berikut ini menggambarkan sebaran biaya tidak termasuk profit dan cadangan. Asuransi jiwa dalam tahun 1982 menggunakan kira-kira 16% dari jumlah total pendapatan untuk biaya tidak termasuk pajak. Variasi persentase ini cukup besar di antara kelompok industri dan asuransi- asuransi biasa, antara asuransi kesehatan dan asuransi jiwa, di antara perusahaan-perusahaan asuransi dan menurut beberapa factor lainnya. Diukur dengan pendapatan premi biaya-biaya itu kira-kira 22%; tetapi income sebagai basis perhitungan lebih representatif pada kasus ini, sebab income yang bukan berasal dari premi juga cukup besar ( seperti hasil dari investasi ), maka pendapatan dari investasi secara langsung diketahui dalam perhitungan premi. Asuransi kerugian dan asuransi tanggung jawab bisa menghabiskan antara 30% dan 40% dari pendapatan premi untuk mebayar biaya-biaya,termasuk biaya penyesuaian-kerugian ( loss adjustmeng ) tetapi tidak termasuk pajak pendapatan. Persentase ini seperti dalam asuransi jiwa sangat berbeda-beda karena beberapa factor, begitu juga berbeda antara asuransi yang satu dengan yang lainnya. Rasio biaya yang lebih besar dalam kasus ini mewakili perbedaan yang besar dalam sifat proteksi yang dijual. Perbedaan ini telah dijelaskan pada bab-bab terdahulu. Bahaya Moral Biaya yang kedua terdapat dalam industri asuransi adalah terciftanya moral hazard. Moral hazard adalah keadaan dimana meningkatnya kans orang pribadi dengan sengaja (1) menyebabkan kerugian atau (2) peningkatan keparahanya. Orang-orang yang tidak mengindahkan moral atau mereka percaya bahwa mereka bisa mendatangkan laba melalui penciptaan kerugian. Sebagai contoh orang melakukan pembakaran secara sengaja didorong oleh adanya kemungkinan untuk memperoleh santunan asuransi. Adapula yang melakukan penyalahgunaan perlindungan asuransi dengan jalan : (1) membuat klaim yang tidak dibenarkan, dengan maksud membebankan melalui system asuransi, kerugian seharusnya dipikul sendiri, (2) pemanfaatan pelayanan secara berlebihan misalnya tetap tinggal di hospital diluar masa pengobatan, (3) membebankan ongkos yang melebihi biaya pelayanan misalnya pelayanan dokter atau biaya bengkel, (4) pembebanan ganti rugi yang lebih besar dalam kasus pertanggungjawaban, Karena merasa terdakwa diasuransikan. Beberapa penyimpangan tersebut ada yang berupa kecurangan, yang lainnya menunjukan perbedaan kode etik di mana asuransi dilibatkan. Morale Hazard Biaya lain yang berhubungan yakni menciptakan morale hazard. Morale hazard adalah suatu keadaan yang menyebabkan orang menjadi kurang berhati-hati dibandingkan dngan pada keadaan lain. Orang tidak sadar menciptakan kerugian, tetapi kenyataan karena mereka telah diasuransikan menyebabkan mendapat lebih banyak peluang untuk melakukannya. Perbedaan kecil yang terdapat antara moral hazard dan morale hazard diciptakan oleh bidang asuransi, tetapi semua setuju bahwa tindakan orang dipengaruhi oleh sikap mereka masing-masing dan morale hazard lebih umum dari moral hazard.

Pengurangan Biaya Pengasuransiaan secara tetap mencoba mengurangi biaya melalui inovasi dalam hal-hal seperti prosedur administrasi dan metode pemasaran. Contohnya penjualan asuransi kepada kelompok orang kecuali kepada individu. Penciptaan morale hazard dan moral hazard itu sendiri dapat dicegah dengan aktivitas pengendalian kerugian. Morale hazard secara khusus dapat ditangani melalui beberapa tindakan seperti jasa pelaporan misalnya pada kebakaran yang mencurigakan. Morale hazard secara umumnya lebih efektif ditangani dengan menunjukan hubungan langsung antara premi dan kerugian dan besarnya kerugian tidak langsung dan ketidaknyamanan yang tidak ditutupi oleh asuransi. 2.3 Keterbatasan Asuransi Asuransi jelas merupakan suatu peralatan yang berfaedah untuk menangani risiko, tetapi beberapa risiko tidak dapat ditangani oleh asuransi. Berikut contoh kasus pada asuransi swasta dengan beberapa acuan asuransi yang diselenggarakan pemerintah.  Keterbatasan Terhadap Risiko Murni Asuransi telah diterapkan sebagian besar hanya untuk risiko murni. Jarang risiko spekulatif telah diasuransikan. Mengasuransikan sebuah risiko spekulatif harus melihatkan premi yang mengharapkan suatu keuntungan. Tetapi asuransi adalah konsep yang dinamis, asuransi bisa diperluas dalam masa yang akan datang untuk lebih banyak menanggung risiko spekulatif itu. Berikut syarat-syarat ideal risiko yang dapat di asuransikan :

  1. kerugian potensial cukup besar tetapi probabilitasnya tidak tinggi, sehingga membuat perusahaan asuransi dapat bekerja seekonomis mungkin (kelayakan ekonomis). Contoh, anda memang tidak ingin kehilangan pulpen seharga Rp. 2000,00 tetapi anda tidak akan berniat mengasuransikan risiko ini karena kerugiannya tidak cukup besar.
    1. probabilitas kerugian dapat diperhitungkan. Tingkat premi asuransi itu didasarkan atas ramalan tentang masa depan. Ramalan ini didasarkan atas taksiran probabilita. Probabilitas ini pada umumnya didasarkan atas pengalaman masa lampau. Cara inilah yang digunakan oleh perusahaan asuransi untuk menaksir probabilitas. Tetapi cara ini hanya bermanfaat bila dapat dianggap bahwa faktor- faktor penentu masa depan itu akan sama dengan faktor-faktor penentu masa lampau tersebut. Jika tidak demikian pengalaman masa lampau itu tidak bisa dijadikan pedoman untuk masa

dengan mengamati pengalaman masa lampau. Jadi, peristiwa yang diamati itu sebagian besar adalah kejadian kebetulan. Pemakaian taksiran probabilitas untuk meramalkan kerugian masa depan itu didasarkan atas asumsi bahwa iajuga merupakan kejadian kebetulan. Jika tidak demikian, maka ramalan itu tidak akurat.

  1. kerugian tertentu (definite). Umumnya perusahaan asuransi berjanji akan membayar kerugian jika terjadi selama waktu tertentu dan ditempat tertentu. Contoh, perjanjian ini mungkin menutup kerugian kebakaran pada lokasi tertentu. Untuk berlakunya kontrak ini, haruslah dapat diketahui “kapan” dan “dimana” kerugian itu terjadi.
  2. bukan risiko catastrope (bencana besar dan serentak). Bila suatu perusahaan asuransi menanggung sekelompok risiko, maka ia memperkirakan bahwa kelompok itu secara keseluruhan akan mengalami suatu kerugian. Akan tetapi, teori asuransi menyatakan bahwa hanya sebagian kecil saja dari kelompok itu yang akan menderita kerugian pada waktu yang sama. Kontribusi yang relatif kecil dari masing-masing anggota kelompok itu akan sudah cukup untuk membayar semua kerugian tersebut. Jadi kontribusi dari yang banyak untuk kerugian yang sedikit. Akan tetapi jika terjadi sebagian besar atau seluruh tertanggung itu serentak menderita kerugian maka “kontribusi yang relatif kecil” itu tidak akan mencukupi. Jadi suatu syarat pokok untuk dapat diasuransikan adalah tidak boleh catastrophe (bencana besar). Harus ada limit kerugian yang penanggung cukup pasti tidak akan terlampaui. Jika limit ini tidak dapat diramalkan dengan akurat, maka tidak mungkin menentukan besarnya premi asuransi maupun besarnya surplusyang dibutuhkan. Kerugian catastrophe mungkin terjadi dalam 2 hal:
  3. semua atau sebagian besar kelompok itu menghadapi kejadian yang sama dengan penyebab kerugian yang sama.
  4. bila unit-unit dalam kelompok itu saling berhubungan sedemikian rupa, kerugian pada satu unit dalam reaksi berantai yang dapat mengakibatkan kerugian seluruhnya. Misalnya jika suatu perusahaan asuransi menaggung risiko kerusakan kebakaran untuk semua gedung dalam suatu daerah padat, maka suatu perusahaan asuransi ini dapat tertimpa kerugian catastrophe karena bila terjadi suatu kebakaran disuatu gedung, kebakaran itu dapat merambat keseluruh daerah itu. Itulah sebabnya perusahaan asuransi kebakaran membatasi total commitment-nya dalam suatu kota atau daerah, dalam rangka menghindarkan diri dari risiko catastrophe.

Risiko yang Dapat Diasuransikan Tidaklah Selalu Memenuhi Syarat Ideal Risiko-risiko yang dapat diasuransikan seharusnya memenuhi 4 macam persyaratan tersebut tetapi sedikit sekali risiko yang sekarang diasuransikan oleh satu atau lebih pengasuranisan yang memiliki syarat tersebut, malahan banyak risiko yang dipandang dapat diasuransikan karena pengamanan tertentu telah diperkenalkan. Beberapa risiko yang sifatnya dapat diasuransikan diragukan berdasarkan standar ini, ternyata telah diasuransikan, karena penting bagi masyarakat tersedianya perlindungan terhadap peril tertentu, karena tekanan-tekanan masyarakat, karena risiko itu dianggap dapat bersifat dapat diasuransikan dimasa yang akan datang atau karena alasan-alasan lain, masing-masing perusahaan asuransi bisa berbeda-beda dalam penilaian mereka terhadap berbagai risiko. Sebagian pengasuransi menilai suatu risiko sebagai risiko bersifat tak dapat diasuransikan, sedangkan yang lainnya secara tegas mengatakan risiko tersebut dapat diasuransikan. Ada pula yang dapat mengasuransikan risiko di mana sedikit unit yang terbuka terhadap exposure yang sama karena perhitungan dapat diramalkan bagi perusahaan yang bersangkutan dipandang dari sudut total pertanggungan. Risiko kerugian karena kebakaran merupakan suatu risiko yang tidak dapat diasuransikan karena merupakan risiko catastrophe. Sejumlah besar unit yang dimiliki oleh orang-orang yang berkepentingan untuk perlindungan asuransi terbuka (exposure) terhadap risiko kebakaran walaupun banyak unit-unit rumah itu berdekatan satu sama lainnya, tetapi ketidakterkaitan/indepedence dapat dicapai hingga tingkat kepuasan tertentu untuk tujuan praktis, dengan jalan mengasuransikan unit-unit yang hanya tersebar atau dengan mengasuransikan unit yang berdekatan kepada pengasuransian lainnya. Dengan jalan demikian kerugian tertentu dari segi waktu, tempat dan jumlah; kerugian harapan dapat dihitung; kerugian pihak tertanggung akan merupakan kerugian

mampu untuk menanggung risiko tersebut sebab ada hambatan kelembagaan yang akan diuraikan dibawa ini :

  1. Hambatan yang bersumber dari perundangan/peraturan. Sebagai contoh, undang undang sebagian negara melarang perusahaan asuransi kerugian menyelenggarakan asuransi jiwa, sebaliknya juga melarang perusahaan asuransi dan pertanggungan jiwa yang melaksanakan asuransi kerugian. Hambatan ini dapat diatasi dengan berbagai cara, sebagai contoh mendirikan anak perusahaan yang khusus menanggung risikio seperti itu. Adalagi hambatan yang berupa penetapan tarif premi yang diatur oleh pemerintah dan lain- lain peraturan yang dirasakan membatasi ruang gerak asuransi.
  2. Hambatan lain a. Kekurangan personil, berkehendak untuk masuk lini tertentu, misalnya sebuah perusahaan asuransi. Tetapi personilnya yang ada sekrang tidak cukup ahli melaksanakan service ini dengan menguntungkan. Menyangkut personil yang baru memungkinkan untuk menerima gaji yang lebih tinggi, bisa menyebabkan masalah-masalah yang serius. Fasilitas-fasilitas dari reasuransi untuk jalur tertentu yang baru ini yang mungkin dibutuhkan tidak tersedia. b. Custom and tradition (kebudayaan dan tradisi) tidak pula dapat diabaikan. Kebanyakan perusahaan asuransi bimbang memasuki sebagai pelopor dalam suatu daerah yang belum berhasil dimasuki oleh perusahaan asuransi lain.  Risiko-risiko yang tidak bisa ditanggung oleh asuransi swasta Contoh-contoh dari risiko murni yang umumnya dipertimbangan tidak bisa menjamin oleh asuransi swasta melalui saluran-saluran yang normal adalah yang behubungan dengan kerugian-kerugian yang disebabkan air bah terhadapat riil estate (kecuali untuk keadaan tertentu), bank insolvencies (tidak mampu membayar), dan pengangguran. Masalah utama sehubungan dengan asuransi untuk air bah adalah bahwa orang yang tertarik dengan perlindungan itu tidak akan sanggup membayar harga (premi) yang terlalu tinggi. Selanjutnya bencana air bah biasanya mengenai banyak orang karena air bah melibatkan banyak keluarga dan bisnis, tetapi asuransi swasta tidak secara umum tidak tersedia. Bank insolvencies tidak bisa diramalkan dan menampilkan kemungkinan-kemungkinan bencana yang besar (catastrophic) begitu juga dengan masalah pengangguran. Kerugian harapan tidak bisa diperhitungkan dalam jangka pendek.  Risiko yang bisa ditanggung hanya oleh perusahaan asuransi pemerintah Perusahaan asuransi pemerintah bisa menanggung risiko-risiko yang tidak bisa ditanggung oleh perusahaan asuransi swasta, karena pemerintah bisa menjadikan asuransi itu wajib

karena itulah pemerintah dapat menyebarkan biaya program itu atas eksposure yang kualitasnya bervariasi. Dengan asuransi wajib ini, penanggung sanggup mengubah-ngubah tingkat premi sepanjang waktu, menurut keperluannya, tanpa mersa takut kehilangan nasabahnya. Dengan cara ini memungkinkan pula untuk menutup kerugian yang diderita dimasalalu untuk alasan-alasan inilah asuransi-asuransi pemerintah seharusnya tersedia untuk melindungi deposan bank terhadap kegagalan bank, dan untuk melindungi orang-orang terhadap kehilangan pekerjaan. Selanjutnya tambahan pula selain menaikan premi, bila ini dibutuhkan, pemerintah juga bisa dalam berbagai kasus mengurangi manfaat-manfaat dengan mengeluarkan suatu peraturan. Suatu opsi tidak tersedia untuk tertanggung yang terikat dengan suatu kontrak yang sah. Melalui kekuatan perpajakannya, pemerintah mungkin juga mensubsidi program-program masyarakat atau swasta, bahkan perusahaan asuransi pemerintah, malahan lebih suka opersi yang lebih stabil yang dimungkinkan apabila penaksiran risiko merupakan aproksimasi risiko ideal yang ditanggung.  Penggunaan asuransi bersama metode penanganan risiko yang lain Asuransi mungkin diterapkan dengan kombinasi metode lainnya. Pengendalian kerugian mungkin sudah tentu selalu dipraktekkan dalam kombinasi dengan asuransi, tetapi keuntungan dan kemungkinan penggabungan asuransi dengan retensi memerlukan penjelasan lebih lanjut Deductible dan excess insurance merupakan contoh peralatan asuransi yang membuat penggunaan kombinasi ini menjadi mungkin. Deductible memungkinkan tertanggung untuk memikul semua atau tipe tertentu dari kerugian sampai batas suatu jumlah tertentu, sementara penanggung menanggung semua atau sebagian kerugian diatas batas jumlah yang telah ditentukan itu. Secara normal tertanggung boleh memilih salah satu dari beberapa jumlah deductible. Mengabaikan bentuk deductibe ini, efek yang jelas adalah suatu pengurangan jumlah premi dari suatu perlindungan tertentu bagi suatu asuransi. Ini khusus bisa dicatet bila kerugian yang tidak diasuransikan karena deductible ini relatif sangat beragam. Biaya loss- adjusment juga berkurang bagi insurer jika kerugian yang tidak diasuransikan itu kecil, pengaruh biaya kerugian yang tidak masuk itu bahkan mungkin melebihi akibat tidak memasukan kerugian-kerugian itu sendiri. Dua alasan ini menerangkan karena deductible paling sering bila kerugian kecil relatif lebih penting daripada kerugian yang besar dan frekuensi kerugian agak tinggi. Alsan lain mengapa premi bisa dikurangi adalah karena orang