









Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
Konten didalam teks merupakan penjelasan tentang Aswaja
Typology: Schemes and Mind Maps
1 / 15
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Gerakan-gerakan pemikiran tersebut melahirkan berabagai macam disiplin ilmu seperti ilmu al-Quran, ilmu qir’at, ilmu hadits, ilmu kalam, ilmu fiqih, ilmu Tarikh, ilmu Bahasa dan sastra. Disamping itu juga mulai berkembang ilmu social lainnya seperti filsafat, logika, metafisika, matematika, geografi aljabar, mekanika, astronomi, music, kedokteran, kimia dan ilmu-ilmu lainnya.
Ahlussunnah wal-jama’ah merupakan istilah bagi golongan kaum muslimin yang memiliki persamaan dalam beberapa prinsip dan kesepakatan dalam beberapa pandangan. Namun belakangan ini istilah tersebut banyak diklaim oleh golongan tertentu. Oleh sebab itu sebelum membahas sejarah perlu diuraikan definisinya terlebih dahulu. Istilah ahlussunnah wal-jama’ah tersusun dari tiga kata: Pertama : Ahlun yang berarti keluarga. Kedua : as-sunnah yang secara etimologi memiliki arti “jalan dan prilaku”. Sedangkan secara terminology ulama berbeda pandangan
(^) Sunnah menurut ulama hadits: segala sesuatu yang dating dari Nabi yang meliputi ucapan, perbuatan, pengakuan. (^) Ulama ushul mendefinisikan sunnah sebagai : sesuatu yang secara khusus dating dari nabi bukan al-quran dan layak menjadi dalil-dalil agama. (^) Menurut ulama fiqih sunnah : sesuatu yang dianjurkan dalam agama untuk mengerjakannya tanpa diwajibkan. Istilah yang diberikan oleh para ulama tersebut bukanlah pengertian sunnah dalam konteks ahlussunnah wal-jama’ah. Namun ulama memberikan definisi yaitu : jalan yang ditempuh oleh rasulullah dan para sahabatnya yang selamat dari syubhat dan syahwat.
(^) Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja) merupakan bagian integral dari sistem keorganisasian PMII. Dalam NDP (Nilai Dasar Pergerakan) disebutkan bahwa Aswaja merupakan metode pemahaman dan pengamalan keyakinan Tauhid. Lebih dari itu, disadari atau tidak Aswaja merupakan bagian kehidupan sehari-hari setiap anggota/kader organisasi kita. Akarnya tertananam dalam pada pemahaman dan perilaku penghayatan kita masing-masing dalam menjalankan Islam. (^) PMII melihat bahwa gagasan tersebut sangat relevan dengan perkembangan zaman, selain karena alasan muatan doktrinal Aswaja selama ini yang terkesan terlalu kaku. Sebagai manhaj , Aswaja menjadi lebih fleksibel dan memungkinkan bagi pengamalnya untuk menciptakan ruang kreatifitas dan menelorkan ikhtiar-ikhtiar baru untuk menjawab perkembangan zaman. (^) Bagi PMII, Aswaja juga menjadi ruang untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang sempurna bagi setiap tempat dan zaman. Islam tidak diturunkan untuk sebuah masa dan tempat tertentu. Kehadirannya dibutuhkan sepanjang masa dan akan selalu relevan. Namun relevansi dan makna tersebut sangat tergantung kepada kita.
(^) Kurang lebih sejak 1995/1997, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia meletakkan Aswaja sebagai manhaj al-fikr. Tahun 1997 diterbitkan sebuah buku saku tulisan Sahabat Chatibul Umam Wiranu berjudul Membaca Ulang Aswaja (PB PMII, 1997). Buku tersebut merupakan rangkuman hasil Simposium Aswaja di Tulungagung. (^) PMII memandang bahwa Ahlussunnah wal-jama’ah adalah orang-orang yang memiliki metode berfikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan dengan berlandaskan atas dasar moderasi, menjaga keseimbangan dan toleran. Aswaja bukan sebuah madzhab melainkan sebuah metode dan prinsip berpikir dalam menghadapi persoalan-persoalan agama sekaligus urusan sosial-kemasyarakatan; inilah makna Aswaja sebagai manhaj al-fikr. (^) Sebagai manhaj al-fikr , PMII berpegang pada prinsip- prinsip tawasuth (moderat), tawazun (netral), ta’adul (keseimbangan), dan tasamuh (toleran). Moderat tercermin dalam pengambilan hukum (istinbath) yaitu memperhatikan posisi akal di samping memperhatikan nash.
(^) Prinsip Syura (musyawarah) Negara harus mengedepankan musyawarah dalam mengambil segala keputusan dan setiap keputusan, kebijakan dan peraturan (^) Prinsip Al-‘Adl (Keadilan) Keadilan adalah salah satu Perintah yang paling banyak ditemukan dalam Al-Qur’an. Prinsip ini tidak boleh dilanggar oleh sebuah pemerintahan, apapun bentuk pemerintahan itu (^) Prinsip Al-Hurriyyah (kebebasan) Negara wajib menciptakan dan menjaga kebebasan bagi warganya. Kebebasan tersebut wajib hukumnya karena merupakan kodrat asasi setiap manusia. Prinsip kebebasan manusia dalam Syari’ah dikenal dengan Al-Ushulul-Khams (prinsip yang lima), yaitu: Hifzhu al-Nafs (menjaga jiwa), Hifzhu al-Din (menjaga agama), Hifzhu al-Mal (menjaga harta benda), Hifzhu al-Nasl ; bahwa negara wajib memberikan jaminan terhadap asal-usul, identitas, garis keturunan setiap warga negara, Hifzh al -‘ Irdh; jaminan terhadap harga diri, kehormatan, profesi, pekerjaan ataupun kedudukan setiap warga negara.
(^) Prinsip Al-Musawah (Kesetaraan Derajat) Bahwa manusia diciptakan sama oleh Allah SWT. Antara satu manusia dengan mausia lain, bangsa dengan bangsa yang lain tidak ada pembeda yang menjadikan satu manusia atau bangsa lebih tinggi dari yang lain (^) BIDANG ISTINBATH AL-HUKM (Pengambilan Hukum Syari’ah) Hampir seluruh kalangan Sunni menggunakan empat sumber hukum yaitu: