Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Consignment Sales: Accounting Principles and Practices, Summaries of Accounting

accountingand financial document

Typology: Summaries

2022/2023

Uploaded on 10/21/2022

books-online
books-online 🇮🇩

5

(1)

2 documents

1 / 26

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
Pertemuan 5
Penjualan Angsuran
Penjualan angsuran adalah penjualan yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dimana
pembayaran yang terjadi dalam transaksi penjualan angsuran adalah pembayaran uang muka dan
pembayaran angsuran secara periodik (biasanya termasuk bunga).
Penjualan angsuran terdiri dari 3 jenis yaitu penjualan aset tetap, penjualan barang dagangan, dan tukar
tambah.
Masalah akuntansi dari penjualan angsuran dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu:
Masalah yang berhubungan dengan pengakuan laba penjualan
Masalah yang berhubungan dengan cara perhitungan bunga dan angsuran
Masalah yang berhubungan dengan tukar tambah
Masalah yang berhubungan dengan pembatalan penjualan angsuran
Penjualan angsuran aset tetap dalam akuntansi pencatatan dan perhitungan menggunakan melode:
l . Labadiakui pada saat penjualan
a. Laba diakui seluruhnya
b. periode berikutnya tidak ada pengakuan laba
c. setiap periode diterima pelunasan pokok angsuran
d. mengakui pendapatan bunga
2. Laba diakui proporsional dengan kas diterima
a. laba penjualandicatatsebagailabakotoryangbelumdirealisasi (Unrealized gross profit)
b. akhir periode diakui laba terealisasi sebesar prosentasi laba kotor dikalikan kas yang diterima.
Prosentasi laba kotor diperoleh dari jumlah laba dibagi dengan harga jual dikalikan dengan
100%.
3. Kegagalan pelunasan piutang angsuran atau pemilikan kembali aset tetap 4. Tukar
tambah aset tetap
Penjualan Aset Tetap
Penjualan aset tetap seperti tanah, gedung, kendaraan, mesin dan sejenisnya biasanya akan
menimbulkan masalah pada saat pengakuan laba. Hal ini disebabkan karena jangka waktu angsuran
terhadap aset tetap biasanya lebih lama.
Contoh Kasus: Penjualan Aset Tetap
Pada 02 Januari 2019, Viar menjual 20 buah motor listrik dengan harga pokok per unit Rp
10.000.000. Dijual dengan harga per unit Rp 12.500.000, adapun perjanjian dengan pembeli adalah
sebagai berikut
Uang muka/down payment sebesar 20% dari penjualan total
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe
pff
pf12
pf13
pf14
pf15
pf16
pf17
pf18
pf19
pf1a

Partial preview of the text

Download Consignment Sales: Accounting Principles and Practices and more Summaries Accounting in PDF only on Docsity!

Pertemuan 5

Penjualan Angsuran

Penjualan angsuran adalah penjualan yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dimana pembayaran yang terjadi dalam transaksi penjualan angsuran adalah pembayaran uang muka dan pembayaran angsuran secara periodik (biasanya termasuk bunga). Penjualan angsuran terdiri dari 3 jenis yaitu penjualan aset tetap, penjualan barang dagangan, dan tukar tambah. Masalah akuntansi dari penjualan angsuran dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu:

  • Masalah yang berhubungan dengan pengakuan laba penjualan
  • Masalah yang berhubungan dengan cara perhitungan bunga dan angsuran
  • Masalah yang berhubungan dengan tukar tambah
  • Masalah yang berhubungan dengan pembatalan penjualan angsuran Penjualan angsuran aset tetap dalam akuntansi pencatatan dan perhitungan menggunakan melode: l. Labadiakui pada saat penjualan a. Laba diakui seluruhnya b. periode berikutnya tidak ada pengakuan laba c. setiap periode diterima pelunasan pokok angsuran d. mengakui pendapatan bunga 2. Laba diakui proporsional dengan kas diterima a. laba penjualandicatatsebagailabakotoryangbelumdirealisasi (Unrealized gross profit) b. akhir periode diakui laba terealisasi sebesar prosentasi laba kotor dikalikan kas yang diterima. Prosentasi laba kotor diperoleh dari jumlah laba dibagi dengan harga jual dikalikan dengan 100%. 3. Kegagalan pelunasan piutang angsuran atau pemilikan kembali aset tetap 4. Tukar tambah aset tetap Penjualan Aset Tetap Penjualan aset tetap seperti tanah, gedung, kendaraan, mesin dan sejenisnya biasanya akan menimbulkan masalah pada saat pengakuan laba. Hal ini disebabkan karena jangka waktu angsuran terhadap aset tetap biasanya lebih lama. Contoh Kasus: Penjualan Aset Tetap Pada 02 Januari 2019 , Viar menjual 20 buah motor listrik dengan harga pokok per unit Rp 10.000.000. Dijual dengan harga per unit Rp 12.500.000, adapun perjanjian dengan pembeli adalah sebagai berikut - Uang muka/ down payment sebesar 20% dari penjualan total
  • Pembayaran angsuran dilakukan setiap 6 bulan sekali (pembayaran pertama dilakukan setelah 6 bulan pertama) - Pembayaran angsuran ditambah bunga 10% per tahun (bunga dihitung dari saldo pokok angsuran)
  • Angsuran dilakukan delapan kali Diminta:
  1. Buat jurnal pada saat penjualan dengan metode laba diakui seluruhnya dan metode laba diakui secara proporsional!
  2. Buat tabel perhitungan bunganya!
  3. Buat jurnal pembayaran angsuran ke 1 sampai dengan ke 8!
  4. Buat jurnal penyesuaian akhir periode karena pengaruh metode laba diakui secara proporsional! Pembahasan Contoh Kasus: Penjualan Aset Tetap Diketahui: Unit Terjual 20. Harga jual/unit : Rp 12.500. Harga pokok/unit Maka dihasilkan: : Rp 10.000. Total penjualan : Rp 250.000. Total harga pokok : Rp 200.000. Laba penjualan : Rp 50.000. Down payment (DP) : Rp 50.000. Sisa angsuran : Rp 200.000. Angsuran pokok tiap 6 bulan : Rp 25.000. Bunga = 10% per tahun, setiap 6 bulan bunga angsurannya = 5 % % laba = Laba Penjualan Total Penjualan x 100% % laba = RP 50.000. Rp 250.000.000 x 100% = 20%
  5. Jurnal pada saat penjualan Metode Ayat Jurnal Laba diakui seluruhnya Kas Rp 50.000. Piutang Angsuran Rp 200.000. Motor Laba Penjualan Rp 200.000. Rp 50.000.

Pendapatan Bunga (mencatat pembayaran angsuran ke4) Rp 6.250. 1 Juli 20 21 Kas Rp 30.000. Piutang Angsuran (^) Rp 25.000. Pendapatan Bunga (mencatat pembayaran angsuran ke-5) Rp 5.000. 1 Des 20 21 Kas Rp 28.750. Piutang Angsuran Rp 25.000. Pendapatan Bunga Rp 3.750. (mencatat pembayaran angsuran ke-6) 1 Juli 20 22 Kas Rp 27.500. Piutang Angsuran Rp 25.000. Pendapatan Bunga Rp 2.500. (mencatat pembayaran angsuran ke-7) 1 Des 20 22 Kas Rp 26.250. Piutang Angsuran Rp 25.000. Pendapatan Bunga Rp 1.250. (mencatat pembayaran angsuran ke-8) 4. Jurnal penyesuaian (metode laba diakui secara proporsional) Tanggal Ayat Jurnal 31 Des 20 19 Laba belum direalisasi Rp 20.000. Laba penjualan Rp 20.000. 31 Des 20 20 Laba belum direalisasi Rp 10.000. Laba penjualan Rp 10.000. 31 Des 20 21 Laba belum direalisasi Rp 10.000. Laba penjualan Rp 10.000. 31 Des 20 22 Laba belum direalisasi Rp 10.000. Laba penjualan Rp 10.000.

Pemilikan Kembali Aset Tetap (Kegagalan Pelunasan Piutang Angsuran) Apabila konsumen gagal melunasi hutang-hutangnya maka seluruh rekening riil yang berhubungan dengan piutang angsuran dibatalkan dan aset tetap yang dijualbelikan dinilai sebesar nilai pasar pada waktu itu. Perusahaan juga akan mengakui keuntungan atau kerugian karena kegagalan pelunasan piutang angsuran dimana keuntungan atau kerugian diakui sebesar selisih antara harga pasar dengan nilai buku dari aset tetap tersebut. Cara menghitung Laba/rugi pemilikan kembali adalah tergantung dari metode yang digunakan saat melakukan pencatatan penjualan aset tetap tersebut. Jika perusahaan menggunakan metode:

  • Laba diakui pada saat penjualan maka nilai buku dari aset tetap yang dikembalikan sebesar piutang angsuran yang belum dilunasi.
  • Laba diakui secara proporsional maka nilai buku dari aset tetap yang dikembalikan sebesar piutang angsuran dikurangi dengan laba kotor yang belum direalisasi yang berhubungan dengan aset tetap yang dikembalikan. Contoh Kasus: Pemilikan Kembali Aset Tetap Harga pokok aset : Rp 40.000. Harga jual : Rp 45.000. Uang muka : Rp 20.000. Angsuran : 20 kali Setelah angsuran ke 8 pembeli menyatakan üdak sanggup melunasi sisa angsuran. Harga pasar aset : Rp 16.000. Diminta:
  1. Buat jurnal pengakuan laba saat penjualan dan untuk laba pemilikan kembali aset tetap dengan metode laba diakui seluruhnya!
  2. Buat jurnal pengakuan laba saat penjualan dan untuk laba pemilikan kembali aset tetap! Pembahasan Contoh Kasus: Pemilikan Kembali Aset Tetap Perhitungan (menggunakan metode laba diakui saat penjualan) Harga jual : Rp 45.000. Uang muka : Rp 20.000. Piutang angsuran : Rp 25.000. Pokok yg sdh dibyr : Rp 10.000. Nilai buku : Rp 15.000. Harga pasar aset : Rp16.000. Laba pemilikan kembali : Rp1.000.

Contoh Kasus: Penjualan & Pemilikan Kembali Aset Tetap Pada tanggal1 Januari 20xx, Kanindotex membeli mesin dari seharga US$ 12,500. Harga pokok mesin adalah sebesar US$ 9,000 dengan uang muka US$ 3,500 dan sisanya dibayar dalam jangka waktu I tahun dengan 6 kali angsuran (dibayar setiap 2 bulan) mulai bulan Februari. Bunga ditetapkan sebesar 12 % per tahun. Setelah mengangsur 3 kali, Kanindotex €dak sanggup melunasi dan mengembalikan mesin tersebut pada tokonya. Nilai mesin pada saat pengembalian sebesar US$ 8,000. Perjanjian jual beli ini terjadi saat kurs 1 U$ = Rp 8.000. Sayota melakukan pencatatan dengan metode laba diakui secara proporsional Diminta :

  1. Buat perhitungan dan jurnal tanggal 1 Januari 20xx!
  2. Buat perhitungan pendapatan bunga yang diperoleh Sayota dari transaksi ini!
  3. Buat jurnal penyesuaian 1 Juni 20xx untuk merealisasikan laba kotor penjualan!
  4. Buat perhitungan dan jurnal rugi/laba pemilikan kembali! Pembahasan Soal: Pcnjualan & Pemilikan Kcmbali Asct Tetap Diketahui: Penjualan Mesin per 1 $ = Rp 8. Harga Jual $ 12,500 = Rp100.000. Harga Pokok $ 9.000 = Rp 72.000. Laba = Rp 28.000. Harga Jual $ 12,500 = Rp 100.000. DP $ 3,500 = Rp 28.000. Piutang Angsuran = Rp 72.000. Angsuran/kali = Rp 12.000. Bunga/Angsuran = 12% ÷ 12 bulan x 2bulan = 2% Jawaban soal 1 Tanggal Ayat Jurnal 1 Jan 20xx Kas Rp 28.000. Piutang Angsuran Rp 72.000. Mesin Rp 72.000. Laba Belum Direalisasi Rp 28.000.

Jawaban soal 2 Tabel Perhitungan Bunga (da!am RP dan 000) Tanggal (^) Saldo pokok awal Angsuran pokok (a) Bunga (b) Total (a+b) Saido pokok akhir 1/2/20xx 72.000 12.000 1.440 13.440 60. 1/4/20xx 60.000 12.000 I .200 13.200 48. 1/6/20xx 48.000 12.000 960 12.960 36, Tanggal Ayat Jurnal 1 Feb 20xx Kas RP 13.440. Piutang Angsuran RP 12.000. Pendapatan Bunga RP 1.440. (mencatat pembayaran angsuran ke-l) 1 Apr 20xx Kas Rp 13.200. Piutang Angsuran Rp 12.000. Pendapatan Bunga Rp 1.200. (mencatat pembayaran angsuran ke-2) 1 Juni 20xx Kas Rp 12.960. Piutang Angsuran Rp 12.000. Pendapatan Bunga Rp 960. (mencatat pembayaran angsuran ke-3) Jawaban soal 3 Perhitungan % Laba Kotor = (Rp 28.000.000 ÷ Rp 100.000.000) x 100% = 28 % Sudah lunas = Rp 28.000.000 + (3 x Rp2.000.000) = Rp 64.000. Laba yang direalisasi = Rp 64.000.000 x 28% = Rp 17.920. Selisih laba = Rp 28.000.000-Rp 17.920.000 = Rp 10.080.000 (gagal)

Contoh Kasus: Tukar Tambah — Trade In Toko Honda menjual motor baru kepada Tn. Dany. Tn Dany menyerahkan motor miliknya sebagai uang muka, kesepakatan antara kedua belah pihak antara Iain sebagai berikut:

  • Harga motor bekas Rp 3.000.
  • Harga motor baru Rp 12.000.
  • Harga pokok motor baru Rp 10.000. Toko Honda akan menjual kembali motor bekas tersebut dengan kemungkinan sebagai bcrikut:
  • Biaya service Rp 500.
  • Harga jual kembali Rp 5.000.
  • Laba kotor rata^2 penjualan 25 % Perhitungan Perkiraan Harga Pokok Motor Bekas Harga jual motor Rp 5.000. % Laba kotor (Rp 1.250.000) Biaya service (Rp 500.000) (Rp 1.750.000) Perkiraan harga pokok Rp 3.250. Harga pertukaran Rp 3.000. Cadangan selisih harga pertukaran Rp 250.000 Laba Jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi tukar tambah tersebut adalah Ayat Jurnal Motor (lama) Rp 3.250. Piutang Angsuran Rp 9.000. Motor (baru) Rp 10.000. Laba Penjualan Rp 2.000. Cadangan selisih harga pertukaran Rp 250. (mencatat transaksi tukar tambah motor dengan cara angsuran)

Pertemuan 6

Penjualan Konsinyasi

TEORI PENJUALAN KONSINYASI

A. Pengertian Penjualan Konsinyasi Dalam bisnis modern banyak strategi yang digunakan untuk memasarkan barang dagangan. Mencari cara bagaimana supaya barang yang telah diproduksi atau dibeli bisa segera terjual dan dan memberi manfaat bagi pembeli. Hal yang perlu diperhatikan dalam bisnis sekarang adalah bagaimana cara memperluas pemasaran dan memperoleh konsumen fanatik serta menghemat biaya. Dalam praktiknya ternyata cara yang banyak digunakan adalah penjualan konsinyasi. Banyak unit usaha yang mempraktikkan penjualan jenis ini. Penjualan konsinyasi adalah penjualan yang dilakukan dua pihak, dimana satu pihak selaku pemilik barang atau pengamanat atau consignor dan satu pihak sebagai komisioner atau penerima amanat atau consignee yang kemudian penerima amanat berkewajiban untuk menjualkan barang dari pengamanat dengan imbalan berupa komisi yang telah disepakati. Bagi pengamanat atau consignor barang yang telah dikirim kepada penerima amanat disebut sebagai barang konsinyasi (consignment out) dan bagi penerima amanat atau consignee disebut barang komisi (consignment in). Secara sederhana konsinyasi bisa disebut dengan titipan. Oleh karena itu maka adanya transaksi antara consignor dengan consignee kepemilikan barang tidak berpindah. Meskipun telah terjadi perpindahan pengelolaan dari consignor ke consignee kepemilikan tetap berada di tangan consignor. Baru hak milik akan pindah dari consignor ke consignee, jika terjadi penjualan consignee kepada consumen atau pihak ketiga. Hal tersebut di atas, yang membedakan transaksi penjualan reguler pada umumnya denganntransaksi penjualannkonsinyasi. Dalam transaksinpenjualan biasa haknmilik berpindah saat barangnditerima pembeli. Sehingga pencatatan akuntansinya akan menimbulkan pendapatan. Sedangkan transaksi konsinyasi adalah sebaliknya dan atas transaski tersebut pencatatan akuntansinya belum mengakui adanya pendapatan. Penjualan dengan sistem konsinyasi perlu memperhatikan beberapa hal, yakni :

  1. Dalam hal persediaan, barang-barang yang dititipkan oleh pengamanat tidak boleh diakui atau diperhitungkan saat menyusun laporan keuangan oleh penerima amanat
  2. Tidak boleh dilakukan pengakuan atau perhitungan atas pengiriman barang konsinyasi kepada penerima amanat selama barang belum terjual.
  3. Barang yang dititipkan kepada penerima amanat harus diperhitungkan atau diakui sebagai persediaan barang oleh pengamanat atau consignor saat menyususn laporan keuangan.
  4. Pengamanat bertanggungjawab penuh atas biaya yang dikeluarkan terkait barang konsinyasi serta komisi mulai dari pengiriman barang sampai barang terjual oleh penerima amanat.
  5. Barang konsinyasi wajib dirawat dan dijaga oleh consignee dalam batas-batas tertentu mulai barang tersebut datang sampai terjual.
  1. Barang lebih cepat dikenal konsumen.
  2. Memperluas pasar
  3. Dapat mengendalikan harga dan syarat penjualan
  4. Terjaminnya barang saat dikembalikan
  • Alasan bagi Komisioner
  1. Jika barang titipan rusak, tidak laku dan harga fluktuasi tidak menannggung rugi
  2. Modal dapat dihemat
  3. Pengeluaran biaya menjadi tanggungan pemilik barang sehingga lebih hemat. E. Hak dan Kewajiban Pengamanat dan Komisioner
  4. Hak Komisioner a) Terkait dengan penerimaan barang komisi dan saat terjadi penjualan, komisioner berhak atas penggantian biaya yang telah dikeluarkan. b) Saat pelanggan membeli barang komisi dari komisioner, maka disertai dengan jaminan dan garansi. Setelah itu jika barang rusak atau kualitas kurang baik, jaminan dan garansi ini dibebankan kepada pemilik barang.
  5. Kewajiban Komisioner a) Barang yang telah diserahkan oleh pengamanat wajib dirawat dan dijaga dari kerusakan. Persediaan barang milik sendiri harus terpisah dengan persediaan barang konsinyasi minimal dalam hal pencatatan. b) Harga jual barang konsinyasi harus sesuai dengan intruksi pengamanat. c) Laporan atas barang konsinyasi wajib dibuat oleh komisioner dan diserahkan kepada pengamanat secara berkala, yang terdiri atas:
  1. Barang konsinyasi pada periode awal dan akhir.
  2. Penerimaan barang konsinyasi dapda periode tertentu
  3. Jumlah barang konsinyasi yang terjual dalam periode tertentu
  4. Biaya yang terjadi atas barang komisi dalam periode tertentu
  5. Barang yang dikirim kembali pada pengamanat dalam periode tertent
  6. Jumlah kewajiban komisioner pada pengamanat. F. Syarat Penjualan Konsinyasi Pada umumnya penjualan biasa memiliki perbedaan dengan penjualan yang menganut sistem konsinyasi. Terutama mengenai hak milik. Jika dalam penjualan biasa, kepemilikan barang akan berganti ke pihak lainnya. Namun dalam sistem konsinyasi, hak milik tetap ada di tangan pihak pertama dan pihak kedua hanya selaku mediator untuk menjual barang. Hal milik akan berpindah dari pihak pertama jika ada pihak ketiga yang membeli barang melalui mediator. Ada beberapa syarat agar suatu penjualan dengan sistem konsinyasi bisa terjadi, yakni:
  1. Adanya pihak pertama sebagai pemilik barang atau dapat disebut sebagai pengamanat (consignor)
  2. Adanya pihak kedua selaku penerima amanat atas barang titipan dan wajib untuk menjualnya. Atau dapat disebut sebagai komisioner (consignee)
  3. Adanya barang atau produk yang kemudian diserahkan oleh consignor kepada consignee untuk dijual
  1. Adanya kesepakatan tertulis yang disetujui oleh kedua belah pihak (perjanjian) yang didalamnya tertulis terkait jenis barang konsinyasi, harga barang tersebut serta komisi yang diberikan jika barang terjual. Dalam kontrak atau perjanjian konsinyasi tercantum syaratsyarat yang disepakati kedua pihak dalam menjalani kerjasamanya. Ketika serah terima barang konsinyasi, wajib disertai kontrak tertulis yang menunjukkan sifat hubungan kedua pihak yang bekerjasama. Isi kontrak tersebut:
  2. Syarat yang harus dilakukan pembeli untuk melakukan pembelian kredit dari komisioner.
  3. Penggantian biaya oleh pengamanat (jika komisioner mengeluarkan biaya dalam menjual barang konsinyasi) Besarnya fee atau komisi yang wajib diberikan oleh pengamanat pada komisioner
  4. Serahnterima uangnhasil penjualan
  5. Laporan yang harus dikirim oleh pihak komisioner Konsinyasi memiliki perjanjian sebagai berikut:
  6. Tidak adanya perpindahan hak milik dari pemilik barang atau pengamanat kepada penerima amanat atau komisioner. Hak milik akan berpindah kepada pembeli jika barang terjual oleh komisioner.
  7. Saat penyerahan barang, pengamanat tidak boleh melakukan pengakuan pendapatan atau laba kotor. Pendapatan boleh diakui jika barang sudah terjual (berdasarkan kriteria pengakuan pendapatan PSAK 23).
  8. Jika barang terjual pada pihak ketiga, komisi wajib diberikan pengamanat pada komisioner. G. Keuntungan dan Kerugian Penjualan Konsinyasi
  9. Keuntungan Penjualan Konsinyasi a. Keuntungan bagi Pengamanat (Consignor)
  1. Memperluas pasar karena barang dititipkan di toko yang telah memiliki pelanggan.
  2. Menghemat tenaga karena penjualan barang ke konsumen dilakukan oleh komisioner.
  3. Kualitas produk dapat dikelola dengan fokus yang lebih baik
  4. Jika memakai SPG, pengenalan produk lebih intens ke calon pembeli b. Keuntungan bagi Komisioner
  5. Jika barang konsinyasi terjual maka mendapatkan untung
  6. Menekan resiko, karena barang akan dikirim kembali jika tidak laku
  7. Lebih hemat biaya penjualan.
  8. Produk lebih banyak varian untuk dipajang
  1. Kerugian Penjualan Konsinyasi a. Kerugian bagi pengamanat (Consignor)
  1. Jika salah sasaran dalam memilih penerima amanat, memerlukan waktu lama agar barang terjual atau bahkan tidak laku
  2. Jika tidak menyediakan SPG, bisa jadi penerima amanat kurang mempromosikan produk yang dititipkan
  3. Agar laba dapat terealisasi memerlukan waktu agar penerima amanat mampu menjual barang titipan b. Kerugian bagi Komisioner, hampir tidak ada.

Adapun ringkasannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini Pencatatan Penjualan Konsinyasi Bagi Pengamanat (Consignor) dengan Metode Laba Terpisah No Keterangan Debet Kredit 1 Barang Konsinyasi-Pengirim Barang Persediaan Barang_Dagang (Pengiriman barang 0 dagang kpd konsinyi) Xxx Xxx 2 Barang Konsinyi-Biaya Ongkos 0 Kirim Kas (Pembayaran Ongkos Kirim) Xxx xxx 3 Kas Penjualan Konsinyasi HPP Penjualan 0 Konsinyasi Barang 0 Konsinyasi-Biaya Ongkos Kirim Barang Konsinyasi-Penjualan (Penerima’7uang hasil penjalan dan laporan pencatatan HPP) xxx xxx xxx xxx xxx Jika rekening barang konsinyasi bersaldo di kredit, maka terjadi laba saat pengkreditan hasil penjualan barang konsinyasi. Namun sebaliknya jika bersaldo disebelah debet, hal ini menunjukkan terjadi rugi. Jika belum terjual, elemen persediaan untuk barang konsinyasi harus dipisahkan dengan persediaan yang berada digudang saat menyusun laporan periode tertentu agar tidak terjadi kerancuan. Terkait pencatatan yang perlu dicatat oleh pengamat mencakup transaksi:

  1. Saat barang konsinyasi dikirim
  2. Timbulnya ongkos kirim saat terjadi pengiriman
  3. Menerimanlaporan pertanggungjawabanndari komisioner
  4. Komisioner melakukan pembayaran

Pencatatan terhadap transaksi tersebut adalah:

  1. Saat barang dikirim Berikut pencatatan yang dilakukan : Tanggaln NamanRekeningndan nNo.n nJumlahn nKeterangann nRekn nDebetn nKreditn BarangnKonsinyasi xxxx nPersediaan xxxx
  2. Saat timbul biaya kirim dan dilakukan pembayaran Berikut pencatatan yang dilakukan : Tanggaln NamanRekeningndan nNo.n nJumlahn nKeterangann nRekn nDebetn nKreditn BarangnKonsinyasi xxxx nKas xxxx
  3. Saat laporan pertanggungjawaban diterima dari komisioner Diterimanya laporan ini, pengamanat dapat mengetahui: a) Jumlah barang terjual b) Pengeluaran terkait barang konsinyasi c) Komisi atas komisioner Berikut pencatatan yang dilakukan : Tanggaln NamanRekeningndan nNo.n nJumlahn nKeterangann nRekn nDebetn nKreditn PiutangnKomisionerr xxxx BarangnKonsinyasi xxxx BarangnKonsinyasi xxxx Catatan: (a) Jumlah dari rekening Barang konsinyasi debet ialah komisi atas komisioner serta biaya yang harus diganti pengamanat kepada komisioner karena penjulaan barang konsinyasi (b) Jumlah rekening Barang konsinyasi kredit ialah nilai barang yang terjual

Pencatatan terhadap transaksi tersebut adalah 1) Saat mengeluarkan kas untuk biaya kirim Berikut pencatatan yang dilakukan: Tanggaln NamanRekeningndan nNo.n nJumlahn nKeterangann nRekn nDebetn nKreditn Kasnr xxxx PiutangnKomisioner xxxx

  1. Diterimanya laporan komisioner Diterimanya laporan ini, pengamanat dapat mengetahui: a) Jumlah barang terjual b) Pengeluaran terkait barang konsinyasi c) Komisi atas komisioner Metode Perpetual
  2. Jurnal atasnlaporan darinkomisioner; Berikut pencatatan yang dilakukan: Tanggal n NamanRekeningndan nNo.n nJumlahn nKeterangann nRekn nDebetn nKreditn PiutangnKomisioner xxxx BiayanPenjualan xxxx Penjualann xxxx
  3. Mencatat HPP jurnal sebagai berikut: Tanggaln NamanRekeningndan nNo.n nJumlahn nKeterangann nRekn nDebetn nKreditn HPPnr xxxx PersediaannBarang xxxx

Metode Periodik/Fisik

  1. Jurnal yang dibuat pengamanat saaat diterimanya laporan dari komisioner Tanggaln NamanRekeningndan nNo.n nJumlahn nKeterangann nRekn nDebetn nKreditn PiutangnKomisioner xxxx BiayanPenjualan xxxx Penjualann xxxx
  2. Menerima Pembayaran dari Komisioner Berikut pencatatan yang dilakukan:^1 iTanggali NamaiRekening dan No iJumlahi iKeterangani Rek iDebeti iKrediti Kasn xxxx PiutangnKomisioner xxxx B. Akuntansi Oleh Komisioner (Consignee) Sama dengan cara pencatatan pihak pengamanat, pencatatan oleh penerima amanat bisa dilakukan secara terpisah atau tidak terpisah atas penjualan biasa. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Metode Terpisah Disebut sebagai metode terpisah karena dalam pencatatannya dilakukan pemisahan atas laba rugi yang didapat dari penjualan biasa maupun konsinyasi. Pemisahan ini juga berlaku untuk pendapatan dan biaya yang dikeluarkan terhadap penjualan konsinyasi. Bagian akuntansi akan menggunakan rekening “Barang Komisi” untuk mengumpulkan pendapatan dan biaya terkait yang kemudian akan didebetkan dengan biaya dan pendapatan yang berhubungan. Adapun hal yang dicatat oleh komisioner mencakup :

  1. Biaya angkut atau perakitan yang dikeluarkan
  2. Saat barang komisi terjual
  3. Pelaporan yang dikirim ke pengamanat
  4. Membayar barang komisi ke pengamanat